Rabu, 05 April 2017

Surat Penghantar Rinduku Untuk Kakak Lelakiku, Eko Teguh Suwono

Langit tengah di penuhi taburan bintang dan pendar bulan, Kak. Tak jemu kupandangi langit yang merekahkan senyumnya berharap itu adalah senyum yang kaukirim padaku di bulan kelahiranku. Aku hendak ulang tahun, Kak. Tepat tanggal 08 besok, aku berusia 21 tahun. Usia yang sudah sangat matang untuk tahu dan memahami segala hal. Adikmu kini bukan lagi kanak-kanak, bukan lagi remaja. Adikmu telah menjadi perempuan dewasa yang masih berproses dan berjuang  menjadi sebaik-baik perempuan dewasa. Meski itu tak mudah dan tak pernah mudah namun aku memilih menjalaninya. 

Kakak, lagi apa di atas sana? Kakak pasti bisa melihatku kan? Aku tengah merangkai huruf-huruf untuk menjadi cerita tentangmu dan tentangku yang merindukanmu. Meski aku tak pernah melihat wajahmu karena jarak usia kita yang terpaut lima tahun, namun aku percaya Kakak adalah anak yang  kehadirannya diharapkan oleh orangtua kita. Kakak pernah menjadi tumpuan harapan mereka. Sayangnya takdir berkehendak lain. Kakak tidak memiliki waktu lama untuk menorehkan kebahagiaan dan kebanggaan bagi mereka. Kakak harus kembali dan akhirnya terpisah dengan mereka. Aku percaya kini Kakak tengah bermain riang di surgaNya menunggu kehadiranku, menunggu kehadiran adik, menunggu kehadiran ayah dan ibu. Wah...Kakak pasti dekat sekali dengan Tuhan. 

Seperti apa surga itu, Kak? Seperti apa abadi itu, Kak? Kamu sudah lama berkelana di surga dan di keabadian, tak inginkah kamu hadir sekali lagi untuk menjejaki bumiNya meski dalam wujud lain. Tidak inginkah kau kembali dekat denganku, Kak? Aku sungguh ingat dekat denganmu, Kakak Lelakiku. Jika aku bisa menjadi DALANG maka kupanggil kamu kembali untuk hadir dalam kehidupanku. Jika memang Tuhan tak menghendakimu sebagai Kakakku, aku ingin Ia menghendakimu sebagai anakku. Bisakah kelak setelah aku menikah dan bersuami, ruhmu masuk ke rahimku, Kak? Bisakah kau menjelma menjadi anakku?? Aku sungguh ingin dekat denganmu. Aku sungguh ingin melihat parasmu. Mungkin ini hanya keinginan gila seorang gadis labil. Tapi salahkah jika hal itu terbesit dalam benakku, Kak?

Kak, kehidupanku tak mudah. Kamu mungkin tahu itu. Aku harus dewasa dengan banyak luka. Aku menertawai semua tangisku agar selalu terlihat baik-baik saja di depan orangtua kita. Aku pendusta yang hebat, bukan? Aku pelawak yang hebat, bukan? Aku begitu hebat menipu diriku, Kak. Hingga aku lupa pada apa yang kurasa. Apakah ini akan menjadi petanda sakit jiwa? Aih...berlebihan sekali. Aku bahkan tidak memiliki gejala sakit jiwa. Aku masih baik-baik saja dan sangat baik-baik saja meski kerap merasa mati rasa hingga yang kudapati hanyalah hampa.  Aku sakit, Kak. Pada siapa akan kuceritakan rasa sakitku? Jika kamu ada mungkin aku akan menceritakannya padamu karena aku sungguh tak mungkin menceritakan itu pada orangtua kita.

Meski aku tak bisa melihatmu, kamu bisa melihatku kan, Kak? Kamu bahkan mungkin tengah menemaniku sekarang. Kamu mungkin tahu jika hatiku teramat sakit. Aku ingin menjerit dan meluruhkan tangisku. Tapi aku tak bisa.  Kebiasaan memendam seluruh emosiku membuatku lelah dan jengah. Aku dibuat bingung oleh diriku sendiri. Bagaimana ini, Kak? Segila itukah aku??? Aku waras bahkan sangat waras. Jika aku periksa ke psikolog, hasilnya juga sama. Aku masih sangat waras. Namun entah kenapa akhir-akhir ini karena tulisanku aku menjadi sibuk berkelana dalam dunia fantasi dan imajinasi. Kakak pasti tahu betapa lelahnya adikmu ke sana sampai ia harus merasakan tubuhnya tak mampu menampung pikirannya yang enggan rehat. Maka sakit itu menyerang tubuhku. 

Kak, maafkan aku yang belum bisa meyambangi makammu dan menaburkan bunga di atas pusaramu. Tetapi kamu pasti tahu, namamu tak pernah lewat dalam doaku. Namamu selalu kusebut, Kak. Pasti kau merasakan betapa hangatnya rinduku untukmu meski yang tersisa di hatiku adalah gigil hebat tiap kali menggemakan namamu. Yah..kamu pasti jadi lelaki hebat ya (seandainya hidup).  Kamu akan berusia 26 tahun tepat tanggal 09 Juni kelak. Harusnya sekarang, Kakak sudah punya pacar atau calon istri dan aku akan punya kakak ipar. Heheheh. Tapi semua itu hanya ilusi. Mungkin kamu memang ditakdirkan sebagai penghuni surgaNya jadi Ia memintamu tetap tinggal dan berlari riang di sana. Baiklah, jaga dirimu baik-baik ya, Kak. Aku juga akan menjaga diriku baik-baik. 

Kak, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Takkan jemu kurapalkan doa untukmu yang tak bisa kutemui dengan mata terbuka. Aku bahkan tak pernah melihat wajahmu. Namun pusaramu menjadi bukti bahwa kau pernah singgah di bumiNya dan menjejakinya sebelum akhirnya kembali ke surgaNya. Tuntun aku dari sana ya, Kak. Minta tolong, katakan pada Tuhan agar Ia melapangkan jalan adikmu yang tengah berjuang menyelesaikan studi dan meraih asanya. Jangan lupa katakan padaNya untuk membuatkan alur terbaikNya untuk hidupku. Bilang juga jika adikmu tengah menanti seorang Ksatria yang kelak akan menjadi penggenap separuh agamaNya, maka mintalah padaNya agar adikmu segera bertemu dengan Ksatria itu selepas meraih asanya untuk kuliah S2 di UGM, Yogyakarta. Bilangin sama Tuhan ya, Kak. Kakak baik deh. I miss you....

_Saya tengah merindukan almarhum Kakak Lelaki saya sebab lama tak berkunjung ke pusaranya_

_mungkin tulisan ini tampak ilusi, karena memang begitu adanya. Saya hanya tengah bercakap pada diri sendiri. jadi kalian tak perlu buang energi untuk mencaci_

_ saya hanya seseorang yang memiliki sederet kenangan, entah layak atau tidak dimakamkan di sini. saya berharap tidak ada kesia-siaan yang termuat di sini. semua memberi pembelajaran entah dengan sudut pandang apa kalian menerkanya_

Surabaya, 05 April 2017

(Menuju H-3 Nurfa Indri's Brithday)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...