(Sederet wajah Nurvati Indriani tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017)
Selasa, 30 Mei 2017
Sabtu, 20 Mei 2017
Aku Hanya Perempuan Sederhana
Karena aku hanyalah perempuan sederhana, yang amat biasa apa-apanya. Apa adanya. Tak hebat. Tak luar biasa. Aku hanya menjalani waktu yang ada tanpa berusaha ingkar. Aku hanya ingin berjuang karena nyatanya aku memang masih dikehendaki hidup di bumiNya. Jika kelak, aku tiada maka makam inilah pusara pertama dan terakhirku. Karena kelak jika jasadku dibenamkan dalam tanah, maka segeralah aku hilang dari nyata. Aku akan hidup dalam dunia yang masih menjadi misteriNya. Dan kau tahu, tubuhku akan menjadi santapan lezat bagi semut, ulat dan belatung. Tak ada lagi Nurvati Indriani. Ia hanya akan tinggal dalam ingatan dan hati orang-orang yang mencintainya. Ia akan hilang dalam sejarah kehidupan. Namun...makam ini akan selalu menyimpannya. Meski hanya berisikan tentang rapuhnya ia sebagai perempuan. Ya...aku sungguh tak tahu takdir Tuhanku. Aku hanya tahu kelak aku akan binasa dililit waktu. Takkan tampak lagi senyum di wajahku. Takkan ada lagi pancaran sinar di mataku. Ia akan terlelap dalam kaku dan beku. Semoga kalian menyadarinya, bahwa aku hanyalah manusia biasa yang menunggu waktu binasa. Selagi waktuku masih ada untuk esok maka aku harus berbuat sesuatu hal kebaikan yang berguna bagi sesamaku.
Kelak, jika waktuku memang tak lama. Kelak, jika aku memang harus mati sebagai seorang gadis. Ketahuilah, kalian bukanlah orang-orang tersesat yang menemukan makamku di sini. Kalian adalah orang yang sengaja dipertemukan oleh Tuhan lewat tulisan-tulisan nakalku yang mungkin mengganggu tapi itulah kejujuran hatiku.
Kelak, tak ada lagi rindu yang menyisakan gigil di hatiku. Tak ada lagi nyeri yang menghujam hatiku. Yang ada hanyalah siksaan bagi orang-orang terkasih, mengenangku yang telah pergi sendiri berteman sepi. Aku tak mau melihat mereka menangis. Tetapi jika memang menangis semoga itu adalah tangisan untuk keikhlasan bahwa ada kuasa di luar kuasa manusia yaitu kuasa Tuhannya.
Kelak, semoga aku bisa abadi dengan merdeka. Semoga orang-orang tercintaku bisa bahagia, dengan atau tanpaku. Apalah aku yang bisa membahagiakan mereka sedang diri ini begitu bersahaja menjalani hidup. Tak ada yang istimewa.
Ah...entahlah...
Saat menuliskan ini aku masih memiliki nafas. Aku masih bisa menhirup udara yang memenuhi rongga dadaku. Tapi sungguh aku tak pernah tahu takdir apa yang akan terjadi setelah ini. Aku hanya berupaya menjalani.
So, selamat menyambut ramadhan, Guys. Maafkan semua salah dan khilafku jika banyak tulisan di sini tidak sengaja melukai batinmu. Sungguh aku tak maksud. Maklumi segala bodohku ya. Semoga ramadhan ini akan mempertemukan kita dengan ramadhan selanjutnya. Aku akan jadi orang sibuk di ramadhan ini karena harus kerja sebagai reporter. Semoga, Allah melapangkan jalanku. Amin....
Surabaya, 20 Mei 2017
Saat hari kebangkitan nasional, saat menyambut ramadhan, saat mengakui salah dan dosa bahwa aku hanya manusia biasa yang menunggu giliran waktu binasa, maka usahaku adalah mengupayakan waktu yang ada untuk berbuat kebaikan. Itu saja.
Salam
Nurvati Indriani
Rabu, 10 Mei 2017
Kenangan PPFBS 2017
"Nak, wartawan itu tugasnya ngeliput, nulis dan ngedit berita untuk dibaca khalayak umum. Memang tidak mudah, tapi kamu harus melakukannya. Ini adalah awal, masih ada proses selanjutnya lagi dan lagi. Semangat ya".
"Nak, wartawan itu punya etika. Tulisanmu harus bersih tanpa unsur provokasi. Meskipun ada hal-hal yang berlawanan dengan hati nuranimu. Jadi, kamu harus tahan bully dan siap menyajikan fakta pada publik"
"Nak, wartawan itu selalu jadi incaran orang. Jangan takut, jika yang kamu lakukan benar. Beranilah benar, meskipun sendirian. Berbahagialah meski tak mudah, kamu diberi kesempatan berbicara dengan tokoh-tokoh hebat meski untuk kebutuhan wawancara koran. Beruntunglah kamu bisa berbincang dengannya, apa jadinya mereka di luar sana yang tidak memiliki profesi sepertimu dan hanya menilik harap agar bisa bertemu dengannya. Jalanmu lebih nyata, Nak"
"Nak, kamu harus percaya kamu mampu. Kamu harus asah rasa ingin tahumu. Jadilah dirimu sendiri yang cerewet saking kritisnya, yang banyak tanya meski hanya untuk informasi ala kadar. Kamu harus kembangkan itu, jika ingin sukses dikarirmu"
"Nak, gaji wartawan memang "cekak" tapi syukurilah karena kamu bisa mengenal orang dari segala lapisan sosial. Jangan minder hanya karena kamu tak lebih darinya. Syukuri saja apa adanya dirimu. Kamu hebat. Kamu hebat. Percayai itu saja. Hebatkan diri tanpa keangkuhan ya. Paham?"
Well, pilihan jadi reporter memang dulu sempat terlintas dan timbul tenggelam dalam kepala saya. Dan nyatanya jalan itu yang harus saya tempuh sekarang. Saya tak menyesali pilihan saya yang memilih prodi Sastra Indonesia dibanding Ilmu Komunikasi, mungkin inilah cara Tuhan mendidik saya agar lebih paham hakikat manusia dan kemanusiaan, hakikat hidup dan kehidupan. Karena seperti yang Nelson Mandela katakan, "Hidup lebih berharga daripada setumpuk uang". Hal itu menegaskan bahwa kehidupan tidak bisa dibeli. Sebab itu tugas manusia adalah berjuang memahami segala sesuatunya bahwa ketika hidup ya harus hidup sehidup-hidupnya.
Surabaya, 11 Mei 2017
Kenangan acara "Talkshow Literasi dan Bincang Kepenulisan Nasional" UINSA
Aku ingin memakamkannya di sini, jika suatu ketika kejadian beberapa bulan yang lalu terjadi setidaknya aku masih memilikinya. Itu saja.
_Acara "Festival Jurnalistik" oleh LPM Solidaritas UINSA pada kamis (4/5) di Gedung Sport Center, UINSA, Surabaya_
Sabtu, 06 Mei 2017
They're My Inspiration
(ayah, adik, ibu dan Indri saat acara sedekah bumi tahun 2015)
Jangan tanya mereka siapa ya? tentu kalian sudah tahu siapa mereka. mereka adalah orang-orang hebat dan orang-orang paling saya sayangi dalam hidup saya. mereka adalah mula saya. mereka adalah sumber inspirasi dan motivasi saya. ya...mereka segalanya bagi saya (mungkin kalian juga akan begitupun ketika ditanyai seperti apa keluarga bagi kalian). Saya bukanlah apa-apa tanpa mereka. saya hanyalah anak manusia yang dititipkan Tuhan lewat sperma ayah saya kemudian tertampung di rahim ibu saya dan lahir dari vagina ibu saya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya ia mempertaruhkan nyawanya mengeluarkan saya dari rahimnya. apalagi saya terlahir sebagai bayi premature akibat kandungan ibu saya yang lemah. pasti sakit. Allah....begitukah perempuan? kelak saya akan mengalaminya. mampukah saya? kuatkah saya? bagaimana jika saya tak kuat? bagaimana dan bagaimana. Aih...itu agaknya menakutkan jika dipikirkan sekarang. karena memang tak seharusnya saya memikirkan itu. bukan tak seharusya, lebih tepatnya belum waktunya. Sekarang adalah waktunya mikir skripsi dan lulus S.S pada maret 2018 (amin). Fokus itu ya, Mbak. yang lain-lain, urusan nanti. sibukkan diri untuk yang harus disegerakan terlebih dulu. masalah pernikahan, tunggu bekal siap dulu. mantapkan mental dulu dan kumpulkan materi baru setelahnya nikah. masa' iya sudah nikah mau numpang orangtua atau mertua? Nggak mau kan? ya sudah, nggak usah dipikir dulu.
DEAR VATIN SAYANG,
SEMANGAT SKRIPSI, SEMANGAT TUNTASKAN PKL DAN KKN DAN SEGARA SANDANG S.S TERUS KULIAH S2 DAN KERJA, BELI TANAH, NYICIL BANGUN RUMAH, BELI MOBIL, WISATA RELIGI KE TANAH HARAM. AMIN......
SEMANGAT!
SEMANGAT1
SEMANGAT, VATIN SAYANG!!!
#menyemangati diri sendiri, siapa lagi yang memberi semangat kecuali diri sendiri. hehehe.
#maafkan kalau judul, isi dan akhirnya kurang nyambung. saya sedang jengah sekarang.
Kulakan Ilmu dari Tanah Pilih Besako Betuah ke Kota Pahlawan
(Yusra saat diwawancarai dalam acara SENASI III di Gd. Auditorium FBS, Unesa pada sabtu (29/04)
NB: Ceritanya nyusul
NB: Ceritanya nyusul
Pembelajaran Jurnalistik Berbasis Proyek Ala Sasindo Unesa'14
(Mahasiswa Sastra Indonesia Unesa angkatan 2014 tengah menyelesaikan pembelajaran jurnalistik berbasis proyek 1 (mading) dalam rangka UTS di panggung terbuka, JBSI pada jum'at (28/04).
Ceritanya nanti ya, Say. Aku tak revisi berita dulu (sudah diminta nih). Hehehe
Jumat, 05 Mei 2017
Bangkit Literasi, Tombak Millenial Emas
“Bangkit Literasi, Tombak Millenial Emas” adalah tema dari Talkshow Literasi dan Bengkel Kepenulisan yang diadakan dalam rangka festival jurnalistik 2017, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya (UINSA) di gedung Sport Center UINSA pada kamis (04/05).
Acara yang diselanggarakan
oleh LPM Solidaritas, UINSA baru dimulai
pukul 09.30 WIB. Molor 1,5 jam dari jadwal acara yang seharusnya dilaksanakan
pada pukul 08.00 WIB. MC kemudian membawakan susunan acara mulai dari
pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars solidaritas (yang dibawakan oleh paduan
suara), sambutan-sambutan, pemberian hadiah pada pemenang lomba anchor dan penulisan cerpen, hiburan dan
talkshow.
Memasuki acara talkshow , audien dibuat riuh dengan
moderator Rahmad Faisal Nasution yang membawakan acaranya dengan cukup heboh.
Audien diajak bernyanyi, ice breaking dengan melakukan beberapa
gerakan tepuk dan menyorakkan yel-yel festival jurnalistik 2017 dengan kata
“Bangkit Literasi” . Setelah audien tampak bersemangat ia kemudian memanggil dua narasumber yaitu
Moammar Emka, penulis trilogi Jakarta
Undercover dan Any Alaine, editor Gagas Media. Karena acara talkshow, Rahmad selaku moderator
memberikan beberapa pertanyaan dengan gaya guyonannya
yang membuat meriah suasana dan audien tak henti dibuat tertawa olehnya.
Selama 1,5 jam talkshow berlangsung. Ada 10 audien yang
mendapatkan kesempatan bertanya kepada dua narasumber. Setelah bertanya, mereka
akan mendapatkan satu bolpoin warna merah yang bertuliskan Moammar Emka’s Jakarta Undercover. Dipenghujung acara, Moammar dan
Any memberikan tayangan empat gambar yang terdiri dari gambar sepasang kekasih
sedang duduk di kafe, gambar perempuan berdiri menghadap lautan kala senja,
gambar sepasang kekasih di bawah rintik hujan dan gambar rel kereta api.
Peserta diberi waktu 10 menit untuk menuliskan sebuah karangan dengan memilih 1
gambar dari slide tersebut. 6 peserta
tercepat berhasil mendapatkan marchandise
cantik dari gagas media. Berhubung ada 10 orang yang maju maka mereka harus
memilih 6 orang terbaik untuk mendapatkannya. Mereka juga memberikan bolpoin bertuliskan Gagas Media dan sebuat blocknote bergambar panda yang
bertuliskan Membaca Buku, Menemukan Ilmu pada
4 peserta lainnya. Dari 10 peserta
yang maju, 2 orang beruntung untuk mendapatkan kaos Dear You Again berdasarkan gemuruh tepuk tangan peserta. Acara itu
akhirnya selesai pukul 1 siang.
NB: Straight news about Talkshow yesterday
Pita Hitam di Lengan Kiri Pefutsal JBSI
(Tim pefutsal putra JBSI ketika akan bertanding melawan tim pefutsal putra Desain Grafis dalam acara Porsefak pada rabu (03/05) di lapangan futsal FBS, Unesa)
Sore menjamah bumi dan
perlahan pudar di telan jelaga malam. Adzan maghrib mulai berkumandang saat
para pefutsal putra JBSI dan Desain Grafis bertarung dalam acara Porsefak
(Pekan Olahraga Seni Fakultas), FBS Unesa pada
rabu (3/5). Acara yang dilaksanakan di lapangan futsal FBS itu
meninggalkan tanya tersendiri ketika ada lilitan pita hitam di kaos merah putih
yang dikenakan pefutsal JBSI.
Biasanya dalam
pertandingan futsal apabila kostum yang dikenakan kedua kelompok pemain bewarna
sama, maka salah satu harus menambah aksesoris agar dikenali. Namun tidak
dengan yang terjadi tadi sore, pefutsal JBSI mengenakan kaos merah putih
sedangkan pefutsal Desain Grafis mengenakan kaos hijau. Sayapun merasa ada
aneh, akhirnya saya beranikan diri ijin pada panitia untuk bergerak ke lapangan
mengambil gambar mereka. Dan sayapun berhasil mendapatkannya meski setengah
buram.
Selanjutnya, saya
nikmati pertandingan futsal yang tersaji di depan mata saya. Ini adalah
pertandingan kali ketiga setelah sebelumnya ada pertandingan futsal putra dari
jurusan Seni Rupa melawan Mandarin dan Sendratasik melawan Jawa. Namun naas
nasib pefutsal JBSI dalam dua babak pertandingan mereka harus menelan nasib
naas kalah mutlak dengan skor 0-3. Meski kalah, para pefutsal tetap
menyunggingkan senyum manisnya bagaimanapun mereka telah berusaha yang terbaik.
Ketika
pertandingan usai, saya menemui salah satu pefutsal dari JBSI yakni Riki
Ardiansah yang tampil basah dengan tubuh berbalur keringat. Saya bertanya
padanya tentang pita hitam yang terpasang
di lengan kirinya. Ia lalu menjelaskan pada saya bahwa itu lambang
dukacita atas kepergian salah satu mahasiswa JBSI angkatan 2015 yakni Robi
Pratama yang meninggal akibat sakit paru-paru. Rupanya selimut duka masih
menyelimuti keluarga besar JBSI sehingga kemenangan urung mereka dapatkan di
hari ke tiga mei ini.
NB: This's my features for a one of the newspaper in Surabaya
Oleh-Oleh Seminari Sastra Indonesia (Senasi) III
(Nurvati Indriani, saat mengikuti acara Senasi III pada sabtu (29/04) di Gd. Auditorium Prof. Dr.Leo Idra Ardiana, M.Hum. Dia berfoto dengan seorang seniornya (amin), Oka Rusmini. Dia mendapatkan novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini yang mengisahkan tentang adat dan kebudayaan Bali yang ditulisnya selama 6 tahun lamanya. Pesan dari Oka Rusmini padanya adalah menulislah, menulislah, menulislah. Miliki bahan dan tulis. Siap berdarah-darah dan manahan bullying. Jangan berorientasi pada pembaca karena setiap karya yang lahir pasti memiliki pembacanya sendiri).
NB: kelanjutannya besok ya, Guys!
Surabaya, 05 Mei 2017
Langganan:
Postingan (Atom)
The Journey of Nurva & Bams Part.1
Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...
-
Assalamualaikum Wr.Wb... Kuucap salamku sebagai tanda ucapan selamat datangku, karena kamu hadir dalam kehidupanku. Kuucap salamku seb...
-
Karena aku hanyalah perempuan sederhana, yang amat biasa apa-apanya. Apa adanya. Tak hebat. Tak luar biasa. Aku hanya menjalani wak...
-
Saya manusia, saya perempuan. Saya masih memiliki nafas artinya saya masih hidup dan memiliki kehidupan saya sebagai manusia dan sebagai...