Minggu, 09 April 2017

Sorry, I'm Single Happy Not Jomlo Ngenes. Hahaha

(Foto dengan patung hewan Fresh Green)






(Itu adalah sederet foto di Fresh Green Trawas. Sebenarnya saya ingin menjadikannya sebagai bahan features. Tapi entah kenapa saya menjadi ragu sendiri. Pertama, saya ke sana hanya untuk jalan-jalan akibat letih karena masalah motor. Kedua, saya hanya mengamati sekeliling dan menghitung berapa pondokan, apa saja mainan yang ada di sana, apa keunikan di sana yang bisa saya jadikan sebagai angle berita. Saya bingung karena tempat itu ya begitulah. Tapi kemarin saya sempat terpikir untuk menjadikan karawitan yang ada di sana sebagai objek features. Berhubung saya hanya memfoto dari kejauhan ya sudahlah. Saya kemarin hanya duduk di pondok Nusantara menyaksikan lalu lalang orang yang sibuk berfoto dengan patung. Bukankah manusia hidup untuk mengamati dan menikmati? Agaknya hal itu yang saya lakukan. Saya hanya mengamati dan menikmati orang yang sibuk meninggalkan jejak. Sudah tentu jejak mereka berbeda dengan jejak saya. Jika mereka langsung mengunggahnya ke sosial media, maka cukup bagi saya mengunggahnya di makam ini. Setidaknya ini bisa menjadi bukti bahwa kemarin saya ke sana dan mengamati hal-hal di sana)

Setiap perjalanan menorehkan kisah, di sini kuabadikan kenangan yang memilih tinggal di kepalaku (Monrai Dellu)
Saya pasti sedang alay tingkat akut, menulis sendiri dikutip-kutip sendiri. Hahaha. Baiklah. Tapi saya tidak sealay itu kok. Percaya deh. 
Jadi saya kemarin dengan sadarnya hendak meliput berita untuk mading jurnalistik sekaligus untuk salah satu kolom koran. Sialnya, peliputan berita harus terkendala. Saya harus membuang waktu 2 jam sia-sia tanpa hasil apapun. Saya malah harus mencari bengkel yang dengan kurang ajarnya menipu saya. Beruntunglah ada Yasin, teman SMA saya sekaligus teman kuliah di Unesa. Bedanya, dia anak Ilmu Komunikasi saya anak Sastra Indonesia. Seandainya saya tahu dia berada di Trawas, saya pinta saja dia menemani saya toh bidang kami tidak berbeda jauh. Kami sama-sama terjun ke media baik cetak atau elektronik. Aih...mengingat kemarin seperti mengingat duka bagi saya. 
Sepulang dari Fresh Green, saya mampir rumahnya Budhe. Beliau memeluk saya lama sekali. Iyalah, saya sudah sebulan setengah tak bertemu beliau. Beliau sudah seperti nenek bagi saya. Karena beliau anak pertama maka secara tidak langsung, ia menjadi kakak sekaligus ibu bagi adik-adiknya. Beliau membisikkan banyak petuah di telinga saya. Saya mendengarkan dengan saksama. Yah, sebagai orangtua beliau pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Setelah membisikkan kalimat itu (maaf saya tidak akan menceritakan sama kalian. hehehe), beliau membukai ponsel saya. Beliau menanyakan tentang laki-laki berjas hitam yang pernah beliau lihat di ponsel saya. Sontak saya terkejut. Bagaimana bisa beliau ingat dengan laki-laki itu sedang saya juga setengah lupa lebih tepatnya pura-pura lupa. Hahahaha. Dua tahun lalu, Budhe bilang kalau laki-laki itu ada miripnya dengan ayah hanya beda bentuk mata, hidung dan warna kulit. Ya..bentuk wajahnya mirip ayah saya kala muda. Laki-laki itu adalah laki-laki yang saya temui dua tahun lalu dalam sebuah kegiatan. Dia membuat saya belajar banyak tentang kehidupan dan kemanusiaan. Dia orang filsafat dan segala sesuatunya dipikir matang sebelum dibicarakan. Dia adalah sosok hebat yang tak pernah mudah saya jangkau hingga sekarang (apalagi kini ia tengah memiliki kekasih orang Bengkulu. Perempuannya lebih alim dan tampak lebih muslimah dibanding saya yang kerap tampil ala kadar sesuka hati). 
Dia jauh, saya tidak bisa dengan mudah menjumpainya. Bahkan saat kaki saya menjejak di tanah tempat ia bernaung, tak saya dapati dia ada di sana. yah...dia adalah seseorang dua tahun lalu yang pernah singgah di hati saya namun bukan sebagai kekasih yang telak menyentuh hati saya. Dia hanya hadir sebagai inspirasi hidup saya kala itu. dia bahkan lupa dengan ulang tahun saya. Iyalah, siapalah saya yang harus diingat ulang tahunnya. Mungkin memikirkan semut lebih membekas di kepala lelaki itu daripada memikirkan saya. Baiklah, saya sudah tak ingin mengingat apapun tentangnya. Saya dan dia hanya berteman tidak lebih, tidak kurang. Mungkin Budhe saya saja yang kelewat harap saya bisa bersamanya toh sekarang bukan dia yang memenuhi relung hati saya. Hahaha
Budhe lalu mendapati foto laki-laki lain dengan kemeja merah dan jas almamater biru. Ingin rasanya saya nyahut ponsel saya berhubung sungkan saya biarkan saja beliau melihatnya. padahal laki-laki itu cuma tetangga saya. Budhe lalu nyeletuk panjang lebar saya hanya menanggapi dengan anggukan. Beliau juga sempat membandingkan keduanya dan saya rasa tak perlu juga. Toh keduanya bukan pacar atau mantan pacar yang bisa dibandingkan. Mereka hanyalah manusia yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu dengan saya di bumiNya. Hahahah. Sumpah saya kehabisan kata-kata sekarang. Bingung ngomongnya jika nyandak mereka berdua. Ah..ula tugas saya banyak. Saya takkan menghabiskan waktu memikirkan laki-laki yang belum tentu memikirkan saya. 
ini antara judul dan isi kok nggak nyambung banget gini ya? Jadi guys, gue mau bilang ama lu pada gue ntu Single Happy not Jomlo Ngenes. Hahaha. Saya bisa ke manapun sendiri, bisa melakukan apapun sendiri. Ya...fokus utama saya sekarang adalha fokus kuliah biar cepat lulus dan tanggal 24 Maret 2018 wisuda. Saya akan temasuk dalam golongan wisudawan angkatan 91. Subhanallah. Angka 9 disatukan dengan angka 1. Semoga bisa menjadi awal yang baik. Setelahnya saya kuliah S2 di UGM dan tinggal di Yogyakarta. Saya kerja jadi dosen dan jurnalis lepas kolom koran. Amin....
Menikahnya nanti sajalah. Saya juga belum memiliki pasangan. Nanti sajalah. Saya mau fokus pada apa yang diraih sekarang. Jodoh mah saya pasrah sekarang. Membacai tulisan di sini saja membuat saya menangisi kebodohan diri saya kala itu sekaligus saya menertawakan diri saya yang berani menulis panjang kali lebar meskipun tidak pernah bersua dengan orang yang masuk dalam cerita. Baiklah, mungkin saya tengah gila atau kelewat gila.Entahlah...Yang lalu biarlah berlalu. Sekarang saatnya menapaki dunia baru dengan hati dan otak yang baru. Sebab seburuk apapun masa lalu, masa depan masih suci. Jadi, aku akan memperjuangkan harapanku. Tak apalah saya jadi perempuan lajang yang sibuk berkutat dengan tulisan tiap malam minggu, karena suksesku nanti untuk cinta yang berkelas. Amin.
_semoga Allah selalu mendengarkan doa yang tersemat di benakku_
_keinginanku cukup sederhana, Tuhan. Kehendaki aku untuk mewujudkannya ya. Tuhan baik deh_

Surabaya, 10042017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...