Kamis, 02 November 2017

Tuhan, Aku MerindukanMu

Tuhan, 

Aku tahu Engkau tidak akan pernah membiarkanku sendiri. Aku tahu Engkau selalu menuntunku. Aku tahu Engkau pula yang mengobati lukaku seiring berjalannya waktu. Aku sudah sembuh, Tuhan. Alhamdulillah. Semua itu berkatMu. Tak peduli harus dengan jalan apa aku sembuh, yang jelas aku sudah sembuh. Hatiku meringan. Dan aku takkan membiarkan siapapun mencoba memberati hatiku lagi. Aku merasa damai, Tuhan. Meski agak aneh karena tak merasakan apapun. Tidak merasakan getar juga tidak merasakan getir. Seolah mati rasa, tetapi tidak. Aku masih memiliki cinta. Cinta untukMu, untuk orang tuaku, untuk keluargaku, untuk teman-temanku, untuk makhlukMu. Kusyukuri itu. 

Tuhan, 

Mungkin inilah jalanku berbenah. Kau jauhkan ia dariku agar aku belajar kuat sendiri. Aku begitu buta, Tuhan. Maafkan aku. Sesusah dan sesulit apapun aku, Engkau terus membimbingku dan menguatkanku. Engkau menjagaku saat aku sendiri dan merasa sepi. Engkau kirimkan malaikat-malaikatMu untuk menemani dan menguatkanku. Selama 1,5 bulan batinku keluh dan aku merasa hampir gila, tetapi semua itu sudah tidak ada lagi sekarang. Memang, dia adalah segalanya bagiku. Tapi itu dulu, sekarang dia bukan apa-apa lagi. Aku nggak tahu hatiku kenapa, tapi hatiku tak lagi bergetar. Aku mungkin masih bisa peduli tapi tidak tahu apa cinta itu masih ada. Sekarang semuanya biasa. Aku tidak sedang dekat dengan laki-laki lain memang, tapi aku sudah tidak memiliki perasaan. Ada atau tidaknya dia, aku tetap masih. Aku tetap menjalani semuanya sendiri dan aku bisa kuat sendiri, karenaMu. Jadi, kenapa aku takut?

Tuhan, 

aku tak takut, selagi ada Engkau di sisiku.  aku tidak mau hatiku terluka lagi, Tuhan. Tidak ada yang bisa memahamiku dengan benar tentang sakitku. Tidak juga orang tuaku. Aku menahannya sendiri dan aku berusaha kuat sendiri. Tidak peduli seberapa takutnya aku. Tidak peduli seberapa sulitnya aku dulu. Tidak ada yang tahu, Tuhan. Selain Engkau. Aku memberanikan diriku menemui seorang Dalang dan bertanya penyucian jiwa. Sebenarnya aku takut, dan orangnya juga tahu takutku. Akhirnya ia memberikan pesan terakhir untukku. pesan itu adalah puncak penyucian jiwa. Tapi bagaimanapun aku berterima kasih pada orang itu. Melalui perantaraMu itu, perlahan aku bisa kuat dan lepas. 

Tuhan, 

aku merindukanMu. aku merindukan perjumpaanku denganMu di sepertiga malam terakhir. aku merindukan panggilanMu. Maafkan aku, Tuhan untuk semua salah dan dosaku. Maafkan aku. Maaf karena aku menjadi penyebab luka makhlukMu. Aku ingin taubat nasuha, Tuhan. Akan kutinggalkan semua keburukanku dan kembali memelukMu. Aku ingin berbenah dengan sebaik-baik caraku berbenah. Aku ingin istiqomah di jalanMu. aku ingin kembali menghafalkan Qur'anmu. Bantu aku, Tuhan. Beri kemudahan untukku. Beri kemudahan pula untukku mengamalkan ilmuku. 

Tuhan, 

Kini aku tahu hanya kepadaMulah aku berharap dan menyandarkan hidup. Aku percaya alurMu indah. Aku takkan mendahului kehendakMu, aku akan bersabar dan mengikuti rencanaMu. Aku akan berusaha yang terbaik. Masalah jodoh, aku tahu telah Engkau ciptakan ia untukku. Semoga ia bisa menerima daku apa adanya, bisa menerima semua kekuranganku, bisa membimbingku agar terus istiqomah di jalanMu dan mengajakku meraih surgaMu bersamanya. Aku tidak ingin dia datang terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Aku ingin ia datang segera di waktuMu yang Engkau tentukan. Tuhan, aku menungguNya. Menunggu pendamping yang Engkau sediakan jadi pelengkap separuh agamaku.

Kamis, 01 Juni 2017

Karena Saya Memiliki Hidup Saya

Saya manusia, saya perempuan. 

Saya masih memiliki nafas artinya saya masih hidup dan memiliki kehidupan saya sebagai manusia dan sebagai seorang perempuan. Kini saya dihadapkan pada sebuah pilihan yang membentang yang dengannya saya tidak bisa menutup mata untuk itu. 

Pilihan itu adalah mana yang akan kamu pilih, melanjutkan kuliah S2 atau bekerja?? 

Belum muncul pilihan menikah dan semestinya jangan dulu karena yang ada sekarang adalah pilihan untuk mengejar pendidikan atau memilih berkarier. 


Sungguh, saya tak pernah iri dengan mereka yang dengan mudah mengganti cita-cita karena mapannya biaya dari orangtua. Sungguh, saya tak pernah iri dengan mereka yang berjuang asal karena orangtua masih mampu memenuhi kehidupan mereka sekalipun setelah lulus mereka nganggur. Sungguh, saya tak pernah iri dengan siapapun dan apapun hanya karena diri saya terbatas. Karena percaya saya, setiap orang punya kelebihan masing-masing. Meskipun saya terbatas dan keluarga berada di taraf ekonomi menengah ke bawah, bukan jadi alasan saya menyerah terhadap cita-cita saya. 


Saya hanya ingin menjalani hidup saya dengan bebas tanpa masuk lingkaran simbolik yang menyesatkan. Semoga Tuhan mau membimbing. Itu saja. 


Saya hanya memiliki dua pilihan setelah yudisium, mau melanjutkan S2 atau bekerja dengan resiko masing-masing. Dan kini saya tengah dibingungkan dengan kedua hal itu. Aih...andai saya berlatar orang mampu, memilih hal macam itu pasti mudah. Sayangnya tidak. Tapi satu hal, saya tidak akan menyerah. Selagi saya usaha, Tuhan pasti membantu. Itu percaya saya. 


Surabaya, 2 Juni 2017

Selasa, 30 Mei 2017

Menjadi Istri dan Ibu





(Sederet wajah Nurvati Indriani tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017)

Setiap perempuan memiliki peran sebagai anak, menantu, istri dan ibu. Dan di usia yang ke-21  tahun saya menyadari kelak saya akan memiliki mertua, suami dan anak. Untuk sampai ke sana, bukan dengan jalan yang mudah namun melalui jalanan yang terjal, panjang dan berliku. Karena itu saya mempersiapkan diri saya sedini mungkin sebelum masa itu tiba. 

Sebagai perempuan sudah saya kodrat saya. Dengan dua payudara yang melekat di dada saya dan vagina yang berada di selangkang saya. Saya sudah tahu fungsi keduanya yang menjadi pembeda kodrat laki-laki dan perempuan. Lewat vagina, saya diajari sadar dengan keluarnya cairan haid tiap bulannya bahwa di dalam tubuh saya terdapat rahim. Di sana kelak, anak-anak saya akan memulai kehidupan pertamanya sebelum Tuhan menerjunkannya ke bumi. Artinya lewat organ itu saya disadarkan, " di sini tempat kali pertamamu berjuang menjaga dan mendidik anakmu sebelum akhirnya kau taruhkan nyawamu melahirkannya lalu mendidiknya sebagai generasi yang bijak dan sadar tugasnya sebagai khalifah di bumiNya".  Lewat payudara saya disadarkan di sana tempat anak-anak saya mendapat nutrisi melalui ASI yang berpengaruh besar pada kecerdasan otaknya. Singkatnya, kedua organ itu harus dijaga betul dan hati-hati. 

Sebagai perempuan dewasa awal, saya menyadari segala keterbatasan saya, ketidakmampuan saya, ketidakcerdasan saya, kekanak-kanakan saya dan ketergantungan saya pada orangtua. Sungguh saya ingin segera lepas dari bergantung hidup dengan orangtua, namun saya masih belum memiliki modal. Saya menyadari semua hal hingga saya ingin belajar lagi dan lagi agar kelak bisa dibanggakan sebagai anak, istri, ibu dan menantu. 

Kalian tahu, kapan hari saya mendaftar ketidakmampuan saya yang sungguh banyak. Saya merasa kerdil. Sayapun lalu menghubungi teman-teman saya. Eh...aku minta tolong ajari ini dong, ajari itu dong. Aku ingin bisa ini, bisa itu. Dan bersyukurnya teman-teman saya mau mengajari. Alhamdulillah. Saya ingin membuat hadiah dari buah karya saya sendiri. Saya menghubungi teman saya yang bisa merajut, bisa membuat bouqet bunga dari bahan flanel, bisa menjahit, bisa membuat box foto, dan lain-lain. 

Sebenarnya bulan lalu, Mbak kostnya mengajak saya ikut kursus di UPN. ada kursus menjahit, memasak, merias, bahasa Inggris, komputer, akuntansi dan lain-lain. Karena saya berpikir pendek, saya memutuskan tidak mengikuti meski ingin sekali. Alasannya, saya kerja reporter dan kesibukan reporter itu luar biasa. Kalau saya ambil kursus maka bisanya ikut kelas malam, lalu bagaimana dengan tugas-tugas kuliah saya. Belum lagi Juli kepotong 3 minggu untuk KKN. Subhanallah... Jadi saya memutuskan tidak mengikuti. 

Saya membacai banyak literatur dan punya beberapa buku tentang perempuan sholilah, istri idaman, parenting dan lain-lain. Aih...saya pasti gila sekarang. lulus S1 saja belum, sudah membacai hal itu. Tentu jika ditanya alasan, maka jawabannya "saya ingin belajar dan mempersiapkannya dari sekarang sehingga ketika jodoh saya datang menjemput saya punya bekal yang mapan dan bisa jadi istri yang dibanggakan".

Kapan hari saya dimintai tolong Mbak kost saya menemani dia ke lokasi penelitiannya. Di sana saya mendapati dua narasumber, perempuan semua dengan latar ekonomi berbeda. Dan tentu bisa ditebak alurnya gimana. Yang sederhana jauh lebih luwes dan ramah dibanding yang kaya. Hahaha. Sungguh, saya tidak ingin jadi perempuan (ibu rumah tangga kaya) macam narasumber yang kedua. Saya tidak mau menganggap remeh dan merendahkan orang lain. Saya sudah diajari menghormati orang apapun lapisan sosialnya, apapun profesinya, apapun perilakunya. Masa' iya saya melakukan itu. Saya tidak mau.Sekaya apapun saya kelak (amin), saya tidak mau merendahkan orang lain. Saya akan mengajari anak-anak saya cara menghormati orang lain apapun lapisan sosial, latar pendidikan, latar budaya dan ekonominya. 

Jika ditanya, untuk masalah pekerjaan sederhana rumah tangga kamu sudah mumpuni belum. Maka saya mulai meraba diri saya. Kalau masalah nyapu, ngepel, nyetrika, cuci baju, cuci perabotan, bercocok tanam dan merawat tanaman dll saya sudah bisa. Nah...kalau masak itu yang masih sangat harus belajar. Karena saya merasa tidak banyak bisa membuat aneka masakan, karena itu harus belajar lagi dan lagi. Cara yang bisa saya lakukan adalah membeli tabloid, buku resep masakan dan mulai belajar memasak. Tak lupa saya menghubungi teman saya dan mbak kost yang pintar make up, hanya untuk belajar make up dan merawat diri. mbak kost saya juga pintar desain baju dan menjahit, sayapun ingin belajar darinya. Wah....ternyata jadi istriable itu tidak mudah ya? Semoga kelak suami saya tahu bagaimana saya berjuang dari nol untuk jadi istri yang baik untuknya. 

Well, selain urusan rumah tangga, memasak, sayapun mulai meraba kemampuan saya yang lain. Hal yang pertama saya raba adalah pengetahuan tentang agama. Hmmmm....Sungguh saya bukan perempuan yang teramat baik. Masih banyak dosa, salah dan khilaf yang saya lakukan. Saya mengingat pelajaran mengaji dari umur 3 tahun (yang alhamdulillah sudah lancar baca Qur'an) - kuliah (tapi ini parah. sertifikat mengajarku jadi guru tilawah ditangguhkan entah sekarang dibawa siapa). Padahal belajar ngaji tilawah tidak mudah loh. Aih...panitianya kam to the pret kok. Menyoal ngaji, karena saya ngajinya di desa, saya sudah paham beberapa versi metode ngaji mulai dari ala kadar, qiroati sampai tartila. Hahaha. Saya mengaji qiroati hanya sekitar 3 tahun, setelahnya pindah ke tartila meski saya masih sangat paham dan hafal nada-nadanya qiroati. But, tartila lebih halus. Karena lokasi TPQ yang terpencil di Guci, akhirnya banyak yang tidak tahu seperti apa tartila itu. Saya pernah jadi santri-guru juga. Kalau ikut pelatihan dan pembinaan guru ngaji selalu dipanggil Ustadzah, tapi sekarang kalau dipanggil gitu merinding juga. Wong kerudung aja mulai sering lepas padahal dulu saat jadi guru ngaji nggak pernah lepas saat keluar rumah. Saya ingat waktu SMA pernah melepas kerudung adalah saat praktek tari karena pakai kostum tari, dan waktu liburan di Bali yang membuat saya kena tegur dan jewer dari Bapak. Untuk TPQ tempat saya belajar sekaligus mengajar, saya akan mengupayakannya memiliki nama. Tidak hanya Sury* dan Dut* Masyarak** tapi juga beberapa media lain. Masa' bantu teman-teman bisa, bantu TPQ sendiri tidak bisa? Hehehe. 

Kalau masalah sekolah dari TK-Kuliah ya gitu-gitu saja. Biasa saja. Hanya saja beberapa kali jadi juara kelas tapi kalau pengalaman lebih tidak juga. Saya hanya pernah terlibat aktif di beberapa kegiatan organisasi, kepenulisan dan kepramukaan. Itu saja. Aih...kalau ingat kepenulisan jadi ingat Bapak. harusnya saya belajar darinya. Tapi tak apalah, toh Bapak kini bisa melihat perkembangan kemampuanku. Meski tak diajarinya aku mampu. Mungkin inilah saatnya praktek dulu baru belajar berbenah. Terima kasih untuk Harian Pagi Sury* dan Mbak/Ibu editor yang luar bisa baik mendidik saya lewat tulisan saya sendiri yang diedit. Hahaha. 

Aih...saya malu. Banyak tahu tapi minim pengalaman. Harusnya saya bisa bebas berkelana macam Kholiq yang menaklukkan gunung demi gunung. Hahaha. Ditambah dengan kemampuan menulis saya kan saya bisa masuk majalah Jatim Trave* Guid* dan langganan masuk rubrik Cipo, Digima* dan You Ge* nya Sury*. Oh tidak itu saja, masuk di Jawa Po* juga mudah kalau saya yang melakukan sendiri. Nah...beda cerita kalau saya menuliskan kisah orang lain, maka cukup dan harus puas bagi saya mendapati nama dan wajah terpampang di koran. Hihihi. 

Sewaktu dengan Kholiq beberapa minggu lalu sempat saya memiliki pikiran, kalau dia sempro, sidang dan wisuda enaknya ngasih kado apa ya. Nah...saya tidak mau memberi hadiah yang bisa dengan mudah dibeli di toko. Saya ingin membuatnya sendiri dari kreativitas dan kemampuan saya. Dulu sempat terpikir kalau dia sempro maka saya akan memberinya buket bunga dan photo box dengan hiasan yang ditata cantik. Kalau dia sidang, saya akan membawakan dia makanan kesukaannya hasil buatan saya sendiri dan benda rajutan. Kalau dia wisuda, saya ingin membawakannya novel karya saya (karena saya punya kenalan penerbit dan sudah tahu gimana cara menerbitkan buku) dan membawakannya kemeja yang saya buat sendiri. Hahahaha. Tapi itu ilusi. Kan sudah....Aih pokonya gitulah. ya...mungkin saya akan tetap memberikannya hadiah entah merupa apa yang jelas saya ingin membuatnya sendiri dengan tangan saya. Setidaknya meski tak mahal, ia bisa menghargai jerih payah saya membuatnya. Tapi tidak sebanyak rencana awal tadi. Rencana awal digagalkan karena sesuatu hal dan saya harus segera menuntaskan skripsi lalu menentukan langkah ke depan. Menurut saya, kalau beli kan tinggal lihat uangnya berapa, nah kalau buat sendiri sejelek apapun itu, mahal nilainya. Hmmmm...

Aih...untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik itu harus dipersiapkan sejak dini dan saya tengah belajar untuk itu. Saya mulai bertanya-tanya pada teman saya yang apoteker tentang obat, teman yang pintar ini itu untuk kemudian minta diajari. Semua itu saya lakukan agar saya bisa menjadi sosok istri dan ibu yang dibanggakan, dicintai dan selalu dirindukan. Wkwkwkw. Kapan hari Kholiq bilang, "Kamu pintar, tapi aku tidak mau melihat kamu pintar di satu atau dua bidang saja". Mak Jleb rasanya. Itu tamparan di atas tamparan tapi yang dikatakannya benar juga sih. Oh My God, jadi istri dan ibu loh nggak mudah, kok teman-temanku pada ngebet nikah? 

Saya pikir, setinggi apapun gelar yang saya sandang, setinggi apapun jabatan yang saya miliki, sebanyak apapun ilmu yang saya kuasai bila saya tidak bisa melakukan hal terbaik untuk anak dan suami saya kelak, maka sia-sia itu saya miliki. Saya ingin segala sesuatunya imbang. Karena itu kenapa saya ingin di rumah saya kelak ada perpustakaan dan ruang kedap suara. Saya ingin membudayakan literasi dan seni di keluarga saya. Karena itu adalah kunci kecerdasan dan kepekaan pada lingkungan sekitar. Dan tentu saya ingin membebaskan memilih pada anak-anak saya. Saya ingin mereka memilih sendiri apa yang dimaui, tugas saya hanya menggawangi dan menjelaskan resiko atas pilihannya. Saya sudah sangat paham rasanya bagaimana keinginan dan kehendak dibatasi, saya tak mau anak saya kelak mengalaminya. Mereka berhak hidup merdeka namun tetap sadar bahwa mereka seorang anak yang harus berbakti pada orangtua. 

Menyoal suami, saya kan belum tahu dapat jodoh yang seperti apa. Harapan saya sederhana, semoga ia mampu memahami pikiran holistik dan gerak impulsif saya. Karena saya orang yang cerewet akibat tukang tanya kayak dora, pantesan jadi wartawan. Hahaha. Ide di kepala saya kadang keluarnya tak terduga, jadi dia bisa mengontrol perilaku saya ketika ide-ide di kepala membuat rumit gerak saya. Sungguh saya tidak ingin suami yang gimana-gimana, yang jelas dia mencintai saya dengan ADIL, bersedia kerja sama, bersedia memahami segala kekurangan saya, dan bersedia lainnya. Hahaha. Karena sebagai perempuan yang kelak diperistri, saya juga mempersiapkan itu. Maka itu, hai jodohku entah kamu di antah berantah mana. "Ketahuilah saat ini aku tengah berjuang menjadi sebaik-baik perempuan yang beruntung kaumiliki kelak sebagai istri dan ibu dari anak-anakmu". Aih...


Surabaya, 31 Mei 2017

Di penghujung mei, di penghujung harapan saat skripsi mulai ditagih dan segala sesuatu mendesak mulai dari PKL, KKN, dan lainnya. Semoga bisa lulus S.S dan wisuda pada tanggal 24 Maret 2018. Amin....



Sabtu, 20 Mei 2017

Aku Hanya Perempuan Sederhana




Karena aku hanyalah perempuan sederhana, yang amat biasa apa-apanya. Apa adanya. Tak hebat. Tak luar biasa. Aku hanya menjalani waktu yang ada tanpa berusaha ingkar. Aku hanya ingin berjuang karena nyatanya aku memang masih dikehendaki hidup di bumiNya. Jika kelak, aku tiada maka makam inilah pusara pertama dan terakhirku. Karena kelak jika jasadku dibenamkan dalam tanah, maka segeralah aku hilang dari nyata. Aku akan hidup dalam dunia yang masih menjadi misteriNya. Dan kau tahu, tubuhku akan menjadi santapan lezat bagi semut, ulat dan belatung. Tak ada lagi Nurvati Indriani. Ia hanya akan tinggal dalam ingatan dan hati orang-orang yang mencintainya. Ia akan hilang dalam sejarah kehidupan. Namun...makam ini akan selalu menyimpannya. Meski hanya berisikan tentang rapuhnya ia sebagai perempuan. Ya...aku sungguh tak tahu takdir Tuhanku. Aku hanya tahu kelak aku akan binasa dililit waktu. Takkan tampak lagi senyum di wajahku. Takkan ada lagi pancaran sinar di mataku. Ia akan terlelap dalam kaku dan beku. Semoga kalian menyadarinya, bahwa aku hanyalah manusia biasa yang menunggu waktu binasa. Selagi waktuku masih ada untuk esok maka aku harus berbuat sesuatu hal kebaikan yang berguna bagi sesamaku.



Kelak, jika waktuku memang tak lama. Kelak, jika aku memang harus mati sebagai seorang gadis. Ketahuilah, kalian bukanlah orang-orang tersesat yang menemukan makamku di sini. Kalian adalah orang yang sengaja dipertemukan oleh Tuhan lewat tulisan-tulisan nakalku yang mungkin mengganggu tapi itulah kejujuran hatiku. 

Kelak, tak ada lagi rindu yang menyisakan gigil di hatiku. Tak ada lagi nyeri yang menghujam hatiku. Yang ada hanyalah siksaan bagi orang-orang terkasih, mengenangku yang telah pergi sendiri berteman sepi. Aku tak mau melihat mereka menangis. Tetapi jika memang menangis semoga itu adalah tangisan untuk keikhlasan bahwa ada kuasa di luar kuasa manusia yaitu kuasa Tuhannya. 

Kelak, semoga aku bisa abadi dengan merdeka. Semoga orang-orang tercintaku bisa bahagia, dengan atau tanpaku. Apalah aku yang bisa membahagiakan mereka sedang diri ini begitu bersahaja menjalani hidup. Tak ada yang istimewa. 

Ah...entahlah...

Saat menuliskan ini aku masih memiliki nafas. Aku masih bisa menhirup udara yang memenuhi rongga dadaku. Tapi sungguh aku tak pernah tahu takdir apa yang akan terjadi setelah ini. Aku hanya berupaya menjalani. 


So, selamat menyambut ramadhan, Guys. Maafkan semua salah dan khilafku jika banyak tulisan di sini tidak sengaja melukai batinmu. Sungguh aku tak maksud. Maklumi segala bodohku ya. Semoga ramadhan ini akan mempertemukan kita dengan ramadhan selanjutnya. Aku akan jadi orang sibuk di ramadhan ini karena harus kerja sebagai reporter. Semoga, Allah melapangkan jalanku. Amin....


Surabaya, 20 Mei 2017

Saat hari kebangkitan nasional, saat menyambut ramadhan, saat mengakui salah dan dosa bahwa aku hanya manusia biasa yang menunggu giliran waktu binasa, maka usahaku adalah mengupayakan waktu yang ada untuk berbuat kebaikan. Itu saja. 


Salam




Nurvati Indriani

Rabu, 10 Mei 2017


Para Pejuang Antropologi Linguistik





 Inilah sekelumit foto pejuang antropologi linguistik. Semangat penelitian dan revisi ya, Cah.

Kenangan PPFBS 2017








"Nak, wartawan itu tugasnya ngeliput, nulis dan ngedit berita untuk dibaca khalayak umum. Memang tidak mudah, tapi kamu harus melakukannya. Ini adalah awal, masih ada proses selanjutnya lagi dan lagi. Semangat ya". 
"Nak, wartawan itu punya etika. Tulisanmu harus bersih tanpa unsur provokasi. Meskipun ada hal-hal yang berlawanan dengan hati nuranimu. Jadi, kamu harus tahan bully dan siap menyajikan fakta pada publik"
"Nak, wartawan itu selalu jadi incaran orang. Jangan takut, jika yang kamu lakukan benar. Beranilah benar, meskipun sendirian. Berbahagialah meski tak mudah, kamu diberi kesempatan berbicara dengan tokoh-tokoh hebat meski untuk kebutuhan wawancara koran. Beruntunglah kamu bisa berbincang dengannya, apa jadinya mereka di luar sana yang tidak memiliki profesi sepertimu dan hanya menilik harap agar bisa bertemu dengannya. Jalanmu lebih nyata, Nak"
"Nak, kamu harus percaya kamu mampu. Kamu harus asah rasa ingin tahumu. Jadilah dirimu sendiri yang cerewet saking kritisnya, yang banyak tanya meski hanya untuk informasi ala kadar. Kamu harus kembangkan itu, jika ingin sukses dikarirmu"
"Nak, gaji wartawan memang "cekak" tapi syukurilah karena kamu bisa mengenal orang dari segala lapisan sosial. Jangan minder hanya karena kamu tak lebih darinya. Syukuri saja apa adanya dirimu. Kamu hebat. Kamu hebat. Percayai itu saja. Hebatkan diri tanpa keangkuhan ya. Paham?"
  
Well, pilihan jadi reporter memang dulu sempat terlintas dan timbul tenggelam dalam kepala saya. Dan nyatanya jalan itu yang harus saya tempuh sekarang. Saya tak menyesali pilihan saya yang memilih prodi Sastra Indonesia dibanding Ilmu Komunikasi, mungkin inilah cara Tuhan mendidik saya agar lebih paham hakikat manusia dan kemanusiaan, hakikat hidup dan kehidupan. Karena seperti yang Nelson Mandela katakan, "Hidup lebih berharga daripada setumpuk uang". Hal itu menegaskan bahwa kehidupan tidak bisa dibeli. Sebab itu tugas manusia adalah berjuang memahami segala sesuatunya bahwa ketika hidup ya harus hidup sehidup-hidupnya. 

Surabaya, 11 Mei 2017

Kenangan acara "Talkshow Literasi dan Bincang Kepenulisan Nasional" UINSA





Aku ingin memakamkannya di sini, jika suatu ketika kejadian beberapa bulan yang lalu terjadi setidaknya aku masih memilikinya. Itu saja.

_Acara "Festival Jurnalistik" oleh LPM Solidaritas UINSA pada kamis (4/5) di Gedung Sport Center, UINSA, Surabaya_

Sabtu, 06 Mei 2017

They're My Inspiration


(ayah, adik, ibu dan Indri saat acara sedekah bumi tahun 2015)


Jangan tanya mereka siapa ya? tentu kalian sudah tahu siapa mereka. mereka adalah orang-orang hebat dan orang-orang paling saya sayangi dalam hidup saya. mereka adalah mula saya. mereka adalah sumber inspirasi dan motivasi saya. ya...mereka segalanya bagi saya (mungkin kalian juga akan begitupun ketika ditanyai seperti apa keluarga bagi kalian). Saya bukanlah apa-apa tanpa mereka. saya hanyalah anak manusia yang dititipkan Tuhan lewat sperma ayah saya kemudian tertampung di rahim ibu saya dan lahir dari vagina ibu saya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya ia mempertaruhkan nyawanya mengeluarkan saya dari rahimnya. apalagi saya terlahir sebagai bayi premature akibat kandungan ibu saya yang lemah. pasti sakit. Allah....begitukah perempuan? kelak saya akan mengalaminya. mampukah saya? kuatkah saya? bagaimana jika saya tak kuat? bagaimana  dan bagaimana. Aih...itu agaknya menakutkan jika dipikirkan sekarang. karena memang tak seharusnya saya memikirkan itu. bukan tak seharusya, lebih tepatnya belum waktunya. Sekarang adalah waktunya mikir skripsi dan lulus S.S pada maret 2018 (amin). Fokus itu ya, Mbak. yang lain-lain, urusan nanti. sibukkan diri untuk yang harus disegerakan terlebih dulu. masalah pernikahan, tunggu bekal siap dulu. mantapkan mental dulu dan kumpulkan materi baru setelahnya nikah. masa' iya sudah nikah mau numpang orangtua atau mertua? Nggak mau kan? ya sudah, nggak usah dipikir dulu. 

DEAR VATIN SAYANG,
SEMANGAT SKRIPSI, SEMANGAT TUNTASKAN PKL DAN KKN DAN SEGARA SANDANG S.S TERUS KULIAH S2 DAN KERJA, BELI TANAH, NYICIL BANGUN RUMAH, BELI MOBIL, WISATA RELIGI KE TANAH HARAM. AMIN......

SEMANGAT!

SEMANGAT1

SEMANGAT, VATIN SAYANG!!!


#menyemangati diri sendiri, siapa lagi yang memberi semangat kecuali diri sendiri. hehehe. 
#maafkan kalau judul, isi dan akhirnya kurang nyambung. saya sedang jengah sekarang. 

Kulakan Ilmu dari Tanah Pilih Besako Betuah ke Kota Pahlawan

(Yusra saat diwawancarai dalam acara SENASI III di Gd. Auditorium FBS, Unesa pada sabtu (29/04)


NB: Ceritanya nyusul

Pembelajaran Jurnalistik Berbasis Proyek Ala Sasindo Unesa'14





(Mahasiswa Sastra Indonesia Unesa angkatan 2014 tengah menyelesaikan pembelajaran jurnalistik berbasis proyek 1 (mading) dalam rangka UTS di panggung terbuka, JBSI pada jum'at (28/04).


Ceritanya nanti ya, Say. Aku tak revisi berita dulu (sudah diminta nih). Hehehe

Jumat, 05 Mei 2017

Bangkit Literasi, Tombak Millenial Emas


“Bangkit Literasi, Tombak Millenial Emas” adalah tema dari Talkshow Literasi dan Bengkel Kepenulisan yang diadakan dalam rangka festival jurnalistik 2017, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya (UINSA) di gedung Sport Center UINSA pada kamis (04/05).
Acara yang diselanggarakan oleh LPM  Solidaritas, UINSA baru dimulai pukul 09.30 WIB. Molor 1,5 jam dari jadwal acara yang seharusnya dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. MC kemudian membawakan susunan acara mulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars solidaritas (yang dibawakan oleh paduan suara), sambutan-sambutan, pemberian hadiah pada pemenang lomba anchor dan penulisan cerpen, hiburan dan talkshow.
Memasuki acara talkshow , audien dibuat riuh dengan moderator Rahmad Faisal Nasution yang membawakan acaranya dengan cukup heboh. Audien diajak bernyanyi,  ice breaking dengan melakukan beberapa gerakan tepuk dan menyorakkan yel-yel festival jurnalistik 2017 dengan kata “Bangkit Literasi” . Setelah audien tampak bersemangat ia  kemudian memanggil dua narasumber yaitu Moammar Emka, penulis trilogi Jakarta Undercover dan Any Alaine, editor Gagas Media. Karena acara talkshow, Rahmad selaku moderator memberikan beberapa pertanyaan dengan gaya guyonannya yang membuat meriah suasana dan audien tak henti dibuat tertawa olehnya.
Selama 1,5 jam talkshow berlangsung. Ada 10 audien yang mendapatkan kesempatan bertanya kepada dua narasumber. Setelah bertanya, mereka akan mendapatkan satu bolpoin warna merah yang bertuliskan Moammar Emka’s Jakarta Undercover. Dipenghujung acara, Moammar dan Any memberikan tayangan empat gambar yang terdiri dari gambar sepasang kekasih sedang duduk di kafe, gambar perempuan berdiri menghadap lautan kala senja, gambar sepasang kekasih di bawah rintik hujan dan gambar rel kereta api. Peserta diberi waktu 10 menit untuk menuliskan sebuah karangan dengan memilih 1 gambar dari slide tersebut. 6 peserta tercepat berhasil mendapatkan marchandise cantik dari gagas media. Berhubung ada 10 orang yang maju maka mereka harus memilih 6 orang terbaik untuk mendapatkannya. Mereka  juga memberikan bolpoin bertuliskan Gagas Media dan sebuat blocknote bergambar panda yang bertuliskan Membaca Buku, Menemukan Ilmu pada 4 peserta lainnya. Dari 10 peserta yang maju, 2 orang beruntung untuk mendapatkan kaos Dear You Again berdasarkan gemuruh tepuk tangan peserta. Acara itu akhirnya selesai pukul 1 siang. 

NB: Straight news about Talkshow yesterday

Pita Hitam di Lengan Kiri Pefutsal JBSI



(Tim pefutsal putra JBSI ketika akan bertanding melawan tim pefutsal putra Desain Grafis dalam acara Porsefak pada rabu (03/05) di lapangan futsal FBS, Unesa)



Sore menjamah bumi dan perlahan pudar di telan jelaga malam. Adzan maghrib mulai berkumandang saat para pefutsal putra JBSI dan Desain Grafis bertarung dalam acara Porsefak (Pekan Olahraga Seni Fakultas), FBS Unesa pada  rabu (3/5). Acara yang dilaksanakan di lapangan futsal FBS itu meninggalkan tanya tersendiri ketika ada lilitan pita hitam di kaos merah putih yang dikenakan pefutsal JBSI.
Biasanya dalam pertandingan futsal apabila kostum yang dikenakan kedua kelompok pemain bewarna sama, maka salah satu harus menambah aksesoris agar dikenali. Namun tidak dengan yang terjadi tadi sore, pefutsal JBSI mengenakan kaos merah putih sedangkan pefutsal Desain Grafis mengenakan kaos hijau. Sayapun merasa ada aneh, akhirnya saya beranikan diri ijin pada panitia untuk bergerak ke lapangan mengambil gambar mereka. Dan sayapun berhasil mendapatkannya meski setengah buram.
Selanjutnya, saya nikmati pertandingan futsal yang tersaji di depan mata saya. Ini adalah pertandingan kali ketiga setelah sebelumnya ada pertandingan futsal putra dari jurusan Seni Rupa melawan Mandarin dan Sendratasik melawan Jawa. Namun naas nasib pefutsal JBSI dalam dua babak pertandingan mereka harus menelan nasib naas kalah mutlak dengan skor 0-3. Meski kalah, para pefutsal tetap menyunggingkan senyum manisnya bagaimanapun mereka telah berusaha yang terbaik.
            Ketika pertandingan usai, saya menemui salah satu pefutsal dari JBSI yakni Riki Ardiansah yang tampil basah dengan tubuh berbalur keringat. Saya bertanya padanya tentang pita hitam yang terpasang  di lengan kirinya. Ia lalu menjelaskan pada saya bahwa itu lambang dukacita atas kepergian salah satu mahasiswa JBSI angkatan 2015 yakni Robi Pratama yang meninggal akibat sakit paru-paru. Rupanya selimut duka masih menyelimuti keluarga besar JBSI sehingga kemenangan urung mereka dapatkan di hari ke tiga mei ini.
NB: This's my features for a one of the newspaper in Surabaya


Oleh-Oleh Seminari Sastra Indonesia (Senasi) III




(Nurvati Indriani, saat mengikuti acara Senasi III pada sabtu (29/04) di Gd. Auditorium Prof. Dr.Leo Idra Ardiana, M.Hum. Dia berfoto dengan seorang seniornya (amin), Oka Rusmini. Dia mendapatkan novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini yang mengisahkan tentang adat dan kebudayaan Bali yang ditulisnya selama 6 tahun lamanya. Pesan dari Oka Rusmini padanya adalah menulislah, menulislah, menulislah. Miliki bahan dan tulis. Siap berdarah-darah dan manahan bullying. Jangan berorientasi pada pembaca karena setiap karya yang lahir pasti memiliki pembacanya sendiri).

NB: kelanjutannya besok ya, Guys!
Surabaya, 05 Mei 2017

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...