Sabtu, 20 Mei 2017

Aku Hanya Perempuan Sederhana




Karena aku hanyalah perempuan sederhana, yang amat biasa apa-apanya. Apa adanya. Tak hebat. Tak luar biasa. Aku hanya menjalani waktu yang ada tanpa berusaha ingkar. Aku hanya ingin berjuang karena nyatanya aku memang masih dikehendaki hidup di bumiNya. Jika kelak, aku tiada maka makam inilah pusara pertama dan terakhirku. Karena kelak jika jasadku dibenamkan dalam tanah, maka segeralah aku hilang dari nyata. Aku akan hidup dalam dunia yang masih menjadi misteriNya. Dan kau tahu, tubuhku akan menjadi santapan lezat bagi semut, ulat dan belatung. Tak ada lagi Nurvati Indriani. Ia hanya akan tinggal dalam ingatan dan hati orang-orang yang mencintainya. Ia akan hilang dalam sejarah kehidupan. Namun...makam ini akan selalu menyimpannya. Meski hanya berisikan tentang rapuhnya ia sebagai perempuan. Ya...aku sungguh tak tahu takdir Tuhanku. Aku hanya tahu kelak aku akan binasa dililit waktu. Takkan tampak lagi senyum di wajahku. Takkan ada lagi pancaran sinar di mataku. Ia akan terlelap dalam kaku dan beku. Semoga kalian menyadarinya, bahwa aku hanyalah manusia biasa yang menunggu waktu binasa. Selagi waktuku masih ada untuk esok maka aku harus berbuat sesuatu hal kebaikan yang berguna bagi sesamaku.



Kelak, jika waktuku memang tak lama. Kelak, jika aku memang harus mati sebagai seorang gadis. Ketahuilah, kalian bukanlah orang-orang tersesat yang menemukan makamku di sini. Kalian adalah orang yang sengaja dipertemukan oleh Tuhan lewat tulisan-tulisan nakalku yang mungkin mengganggu tapi itulah kejujuran hatiku. 

Kelak, tak ada lagi rindu yang menyisakan gigil di hatiku. Tak ada lagi nyeri yang menghujam hatiku. Yang ada hanyalah siksaan bagi orang-orang terkasih, mengenangku yang telah pergi sendiri berteman sepi. Aku tak mau melihat mereka menangis. Tetapi jika memang menangis semoga itu adalah tangisan untuk keikhlasan bahwa ada kuasa di luar kuasa manusia yaitu kuasa Tuhannya. 

Kelak, semoga aku bisa abadi dengan merdeka. Semoga orang-orang tercintaku bisa bahagia, dengan atau tanpaku. Apalah aku yang bisa membahagiakan mereka sedang diri ini begitu bersahaja menjalani hidup. Tak ada yang istimewa. 

Ah...entahlah...

Saat menuliskan ini aku masih memiliki nafas. Aku masih bisa menhirup udara yang memenuhi rongga dadaku. Tapi sungguh aku tak pernah tahu takdir apa yang akan terjadi setelah ini. Aku hanya berupaya menjalani. 


So, selamat menyambut ramadhan, Guys. Maafkan semua salah dan khilafku jika banyak tulisan di sini tidak sengaja melukai batinmu. Sungguh aku tak maksud. Maklumi segala bodohku ya. Semoga ramadhan ini akan mempertemukan kita dengan ramadhan selanjutnya. Aku akan jadi orang sibuk di ramadhan ini karena harus kerja sebagai reporter. Semoga, Allah melapangkan jalanku. Amin....


Surabaya, 20 Mei 2017

Saat hari kebangkitan nasional, saat menyambut ramadhan, saat mengakui salah dan dosa bahwa aku hanya manusia biasa yang menunggu giliran waktu binasa, maka usahaku adalah mengupayakan waktu yang ada untuk berbuat kebaikan. Itu saja. 


Salam




Nurvati Indriani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...