Senin, 10 Desember 2018

Kesadaran Atas Tubuh dan Seksualitas

Seksualitas menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan tetapi tidak tabu untuk dilakukan. Hal itu tentu menimbulkan masalah ketika akhirnya terjadi kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan terkena penyakit menular seksual seperti herpes, HIV/AIDS, raja singa, sifilis dan lainnya. Oleh karena itu menurut saya penting sekali bagi perempuan untuk melek seksualitas. Bukan karena kelak ia yang menampung sel sperma di indung telurnya melainkan lebih ke pada kesadarannya atas otoritas tubuhnya. 

Kesadaran akan otoritas tubuh seharusnya dimiliki oleh seorang perempuan, sebab budaya patriarki telah melanggengkan "racun" yang mengalienasi perempuan atas tubuhnya. Menurut saya itu sesuatu yang sangat merugikan karena membuat perempuan terepresi seksualnya. Padahal seperti halnya laki-laki, perempuan juga makhluk seksual yang memiliki kebutuhan untuk menyalurkan hasrat biologisnya. Bukankah Abraham Maslow sudah menjelaskan bahwa seks itu kebutuhan fisiologis manusia? Kebutuhan fisiologis itu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi seperti makan, minum, tidur dan seks. Jika kebutuhan itu tidak dipenuhi maka akan berdampak pada kelangsungan hidupnya. Kurang terpenuhinya kebutuhan seks menyebabkan seseorang rentan mengalami kecemasan, menurunnya daya ingat, depresi, histeria dan sebagainya. (Btw, dalam buku Seks dan Kekuasaan Foucault juga menjelaskan dampak direpresinya aktivitas seksual. Sila dibaca!). 

Mengingat seks merupakan kebutuhan fisiologis harusnya perempuan yang juga seorang manusia  berhak beraktivitas seksual. Aktivitas seksual kan bukan hanya intercourse ya. Ciuman, pelukan,pegangan tangan,masturbasi itu aktivas seksual lho. Makanya penting sekali bagi perempuan untuk melek seksualitas agar dia bisa bereksplorasi seksual. Sayangnya ketika perempuan mengeksplorasi seksualnya, tak jarang ia akan mendapat stigma negatif. Ia akan dilabeli sebagai "pelacur", "bukan perempuan baik-baik", "sundal", "gampangan", dan sebagainya. Padahal apa yang salah jika perempuan bereksplorasi seksual? Bukankah itu juga tubuh-tubuhnya sendiri bukan tubuh orang lain? Berbeda halnya dengan laki-laki yang aktif mengeksplorasi seksual, ia akan mendapat label "jantan", "maskulin", "gagah" dan sebagainya. Sebuah relasi  yang timpang, bukan? 

Ketimpangan tersebut juga terjadi dalam relasi antara perempuan dan laki-laki dalam hubungan cinta, misalnya. Tak jarang banyak lelaki yang merasa lebih memiliki kuasa dari perempuan. Akhirnya, ia menganggap pasangannya sebagai objek yang harus tunduk dan patuh kepadanya. Anggapan tersebut justru mengungkung kedudukannya sebagai manusia dan makhluk seksual. Ketika akhirnya si pasangan perempuan tersebut ternyata laki-laki toxic dan manipulatif, maka tak jarang ia akan  mengalami kekerasan seksual dari pasangannya. 

Oleh karena itu dari rangkaian #16HAKTP dan Hari Hak Asasi Manusia yang dirayakan Senin kemarin, saya berharap teman-teman perempuan mulai menyadari akan otoritas tubuhnya dan mulai belajar melek seksualitas. Melek seksualitas itu penting supaya kita bisa terhindar dari kekerasan seksual dan kita tidak dialienasi dari tubuh kita sendiri. Tubuh kita itu milik kita. Bukan milik pasangan kita. Bukan milik orangtua kita. penting Sangat penting pula bagi kita perempuan sadar atas hak kita sebagai makhluk seksual untuk berkesplorasi seksual. 

Menyoal hak perempuan sebagai makhluk seksual, mereka perlu menyadari tentang 9 Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi sebagai berikut.
1) Mencari, menerima, dan mengkomunikasikan informasi seksualitas
2) Menerima pendidikan seksual
3) Mendapatkan penghormatan atas integritas tubuh
4) Memilih Pasangan
5) Melakukan hubungan seks konsensual
6) Menikah secara konsensual
7) Memilih aktif secara seksual atau tidak
8) Memutuskan untuk memiliki anak/tidak, dan kapan memiliki anak
9) Memiliki kehidupan seksual yang aman dan menyenangkan. 
Hak-hak tersebut penting diketahui dan diterapkan agar perempuan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai makhluk seksual dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 



sekian



@nurfaindri_

Kamis, 06 Desember 2018

#16HAKTP

Ku udah terlalu lelah untuk diam, mungkin sudah saatnya aku bicara. 

Begini, 
Ada nggak sih dari kalian yang mau jadi korban kekerasan seksual? Ku sangat yakin, tidak ada. 
Ada nggak sih dari kalian yang mau jadi korban pelecehan? Ku sangat yakin, tidak ada. 

tapi bagaimana jika terlanjur mengalaminya? Apa diam saja sampai mimpi-mimpi buruk itu membunuhmu perlahan? Atau membiarkan saja sampai di luar sana tercecer lebih banyak lagi korban kekerasan seksual? atau menganggap itu hal biasa dan wajar lelaki yang muntahin hasra seksualnya sembarangan? 

Jangan, diam. Bicaralah!
Barangkali itu lebih melegakan dan menyehatkan mentalmu. 

Jangan diam. Bicaralah!
Mungkin itu satu-satunya kesempatan yang kamu punya untuk mendobrak kuasa para pelaku kekerasan. 

Masing-masing dari kita tahu bukan bahwa kekerasan seksual itu banyak macamnya. Baik verbal maupun fisik. Mulai dari catcalling, sluts shaming itu kekerasan lho. Pemaksaan ciuman, pelukan dan gandengan tangan itu kekerasan lho. pemaksaan sexting, petting, seeing porn, sexual intercourse itu kekerasan lho. Sayangnya entah mereka menutup mata atau gimana sehingga melanggengkan rape culture. Mereka menganggap kekerasan seksual itu terbatas pada sexual intercourse aka penetrasi penis ke vagina. Tahi!!!

Mulai cat calling sampai pemaksaan sexual intercourse itu berdampak pada psikologis lho. menyebabkan trauma juga. Eh dilalah orang-orang yang mengetahui kasus pelecehan seksual malah menyalahin korban. Lucunya itu atribut yang dikenakan korban yang dipermasalahkan sedang otak mesum nan amoral si pelaku "dimaklumi". Lebih parah lagi, si aparat penegak hukum cinnn malah nanya, "kamu nyaman gak?". "kamu menikmati gak?", "kamu digoyang ke kanan atau kiri?". Duhh.... rasanya ku pengen berkata kasar nan keras di depan telinga mereka. 

Penyintas itu lagi tekanan psikologi eh malah ditanyai gitu. bukan malah melindungi malah menimbulkan trauma baru. maka tidak heran kalau selama ini para korban memilih diam dan bungkam. Lha wong kalau speak up justru makin beban mental kok. Kampret ancen!!!

Melihat fenomena itu, membuatku memutuskan bergabung dengan organisasi Perempuan Mahardhika. Meski baru bisa kenal virtual, tetapi visi kami sama:menolak apapun bentuk kekerasan terhadap perempan baik di tempat kerja, sekolah, kampus, ruang publik dan di manapun. Sejauh yang kubaca dari organisasi yang kuikuti itu, mereka sudah melancarkan aksi ke pabrik-pabrik itu untuk melindungi buruh perempuan dan menciptakan lingkungan pabrik yang bebas pelecehan seksual. lebih kurang gitulah. 

ku kan sempat dichat Mbak Ika yasshh,, dia tertarik dengan alasanku bergabung, Aku menceritakan profil singkatku dan motivasiku bergabung. Ku jelaskan kalau diriku hidup di desa dengan ibu yang seorang ibu rumah tangga dan bergantung finansial pada Ayah. Ku jelaskan kekerasan verbal yang diterima Ibu. Ayahku bukan lelaki jahat ya, cuma Ibuku kalau di rumah itu lebih banyak ngalahnya. Haha. Makanya beliau bilang agar aku tuh kuliah ndang lulus biar lekas kerja. Nanti kalau nikah kudu tetap kerja biar gak bergantung ke suami. Kala nyari suami minimal pendidikannya sama atau di atasku biar gak ngalah kayak ibu. Hahaha. I know ini gak lucu, cuma emang agak timpang yashh. Ibuku lulusan SMA yang dulunya siswa cerdas sedang Ayahku lulusan SMP yang pekerja keras. Aamiin. Gitulah. AKu tuh gak boleh muluk-muluk nyari teladan lain, ku disuruh lihat Ibuku sendiri. ku ditanya, "emang mau habis nikah diam di rumah kayak gini?", ku jawab dong, "nggak mau". 

Selain itu kukatakan pula aku memiliki adik perempuan. makanya attracted banget dengan isu perempuan. Mungkin yang bikin Mbak Ika tertarik adalah aku menuliskan diriku pernah menjadi korban pelecehan seksual. Memang sih gak sampai petting dan sexual intercourse, tapi yang namanya pelecehan ya pelecehan cinn... Gak bisa ditolerir dalam bentuk apapun. Mungkin benar juga yang disaranin Farid, ku setelah lulus ambil S2 Kajian Perempuan dan Gender saja biar bisa lebih intens ngangkat isu itu. Tapi pengenaku S2 Ilmu Komunikasi sih biar bisa intens di media. Harapanku dengan S2 Ilkom ku bisa berkarier di media televisi, biar pas ku jadi news anchor para mantan yang melecehkan dan meninggalkan atau kutinggalkan bisa lihat diriku dari layar televisi. Atau kalau mereka lagi kangen sama aku karena tak kunjung on air di TV, mereka bisa nyari video on airku di yutub. Gituuu.....

Eh itu alasan gak logisnya lho, Kak. Alasan logisnya ya tentu mengaplikasikan ilmu jurnalistik dan mengabdi pada kebenaran. Bukannya begitu tugas jurnalis? ~btw Farid belum tentu baca curcol gak jelasku ini :D

 Back to topic, 
Mbak Ika membacai motivasiku bergabung karena ingin turut bergerak menekan angka kekerasan seksual dan biar nggak ada yang mengalami kekerasan seksual seperti aku. hehe. 

Buat yang gak tahu petting itu ku apa jelasin. deh.  w kan baik~ooopss Petting itu kegiatan merangsang alat vital pasangan dengan cara menggesek-gesekkan penis ke vagina. Cuma gak dimasukin ke vagina. Kalau ditanya beresiko gak? ya beresiko lho cinnn.... Iya kalau pasangannya bersih, kalau gak ya nularin penyakit. Gitu. Selain petting, ada pula istilah necking. Necking itu merangsang bagian leher yasshh. Bisa jadi dijilati, digigit gitulah. ~~W ndak pernah praktik ya bo', njukkk tulung. 

Oh ya, ku kan udah ngaku pernah ngalami pelecehan seksual ya. Kayak apa sih? Apa gue digrepe-grepe?Apa gue dicium? Apa gue dijilati? Apa payudara gue diremas? Duh...Calm... W bakal nyebutin satu-satu kok ciinnn...

Yang gue alami dan semua orang lumrah alami itu cat calling. Siapa sih di sini yang nggak pernah ngalami cat calling? Pasti pernah semua yeee kan? Anehnya itu dianggap wajar dan lucu, padahal sama sekali gak. Justru kalau dibiarkan bisa melanggengkan rape culture di negara kita tercinta. Kalau dibiarkan terus maka relasi antara perempuan dan laki-laki akan terus timpang dong. patriarki akan terus berkuasa dong. Ku ngalami ini gak sekali, dua kali ya bo'. Sewering, masiho ta aku berhijab dan berblus. Sayangnya orang-orang tuh hobi victim blaming ya dan nyalahin atribut yang dikenakan korban. Karena waktu dapat catcalling ku pakai kerudung, akhirnya ku nyoba melepas kerudung. Bayangin ta, 10 tahun ku berhijab tiba-toba ku lepas saat ngikuti pelatihan penyiar TV di Grand City Mall Surabaya. Haha. Kalau kalian pengen tahu, apa aku dapat kekerasan seksual kala itu? Jawabannya nggak. Malah gada tuh yang cat calling ke aku.. Jadi fix ya kekerasan seksual itu bukan karena pakaian korban melainkan karena otak mesum dan perilaku amoral pelaku. 

Terus naik kendaraan umum. Sebagai gadis desa nan misqiennn ku ke Surabaya itu naik bus dan angkot dong. Lha wong ndak ada motor kok. (Sekarang motoran terus btw. hehe). Nah...selama 3 tahun ku naik bus dan angkot, ku ngalami kekerasan seksual. Mulai meremas paha, meremas pantat, menyentuh payudara, sampai ada yang kurang ajar tidur di pundak gue. Anjiiinggg!!! Gue dapatin itu dari penumpang lain yang gak w kenal. Yang lebih parah saat w pulang dari Yogyakarta naik bus ke Surabaya kan, malam juga sih. Ku berulang kali duduk dengan bapak-bapak dan doi grepe-grepe gue. Beruntunglah w diselamatkan aksi kenek penyelamat. Masya Allah....jasamu yang balas, Pak. 

Nha, masalah kekerasan seksual tidak hanya ku alami waktu naik transportasi umum. Naik motor sendirian pun, ku ngalami pengendara lain yang resek megang payudara kiri w. Bangsat toh? Hal-hal semacam itu disepelekan orang-orang bahkan katanya gak usah lebay. Cinnn....itu tubuhku lho digituin. Gue sampek trauma eh mereka anggapnya sepele. itu gak sekali, dua kali lho kayak gitu. Apa iya gue minta digituin? Kan ya nggak. Mereka aja yang bajingan. 

Yang paling parah adalah orang-orang yang dekat dan kenal gue yang melakukan itu gue. Itu yang bikin gue trauma psikologis. Gue sampai gak berani bilang ke ortu gue kalau kakak tingkat gue waktu muncak pernah meluk dan megang payudara gue sambil bilang, "awakmu tak ngenekne ben anget". Kampret. Bangsat. Doi udah punya pasangan loh kayak gitu ke aku. Akhirnya setelah itu gue mutusin keluar dari UKM kampus gue. Trauma cinn... W disuruh survey jalan eh tubuh w disentuh tanpa ijin. W gak bisa ngelawan bukan karena gak mau tapi tubuh dia besar dan gue kesulitan menghindar. mau minta tolong lho , ma minta tolong siapa?Aku di atas gunung cinnn....

Mantan pacar gue juga pernah ngelakuin pelecehan ke gue. Tanpa konsensus ya bo' , mantan pertama gue  mencium pipi kanan dan meluk gue dari belakang. W tampar dia lha. Maksudnya apa coba? Doi itu guru olahraga SD lho, eh melakukan itu ke gue. Selang tak berapa lama w putusin dong. Flashdisk yang berisi simpanan data karya ilmiah gue diilangin doi juga. Gue sebagai anak SMA tahun 2012 lalu ya sedih lha bo'. Bukan sedih putus dari doi melainkan flashdisk gue yang hilang dan w gak punya simpanan datanya. Mantan kedua gue lebih biadab cuma doi gak berhasil nyentuh gue. Bayangin ya bo', jadian aja baru beberapa hari eh doi langsuung bilang, "kamu ndang balik Surabaya gih. Ntar tidur kostku aja. Aku pengen tidur di perutmu. Kamu pakai rok aja. Jangan celanaan". Seketika langsung w putusin. Doi minta have sex, gak mau dong akunya. Setelah w putusin, doi ngajak balikan dua kali but w tolak dong. Doi lho udah suka gaslighting, toxic, dan manipulatif. Doi udah punya pasangan ngakunya gak punya. Haha. Doi dekatin gue  tujuannya untuk jadikan gue FWBnya.

Eh sebelumnya kan w udah nulis soal FWB, kalian udah paham kan maksud gue? Intinya w cuma mau dijadikan teman ngeseks, sedang doi tetap sama pasangannya. Asli bikin trauma. Ku gak nangis bombay karena putus dari doi ya. W nangis karena nyesel banget jadian sama dia, dan nyes tahu kenyataan ada cowok sebrengsek itu. But, I learns to be careful and save my self. 

Berdasar semua hal yang pernah nimpa gue, w pengen teman-teman di sini lebih bisa berhati-hati agar terhindar dari toxic relationship dan kenaasan gue.. Pengen ngembangin diri gabung UKM Kampus eh dilecehin kating, pengen pacaran serius eh ujungnya dapat yang modus, pengen berteman tulus eh diajak sexting, gitulah. 

Tetapi misal kalian menjalin hubungan FWB sih gapapa. Asal kalian memutuskannya dengan sadar. Prinsipnya kudu tanggung jawab ya cinnn....Safe sex nomor 1. Pakai kondom kalau mau penetrasi, pakai dental dam kalau mau oral seks. U must save ur self very much, krn resiko tertular penyakit seksual itu besar. makanya perlu safety. Atau biar aman dan gak was-was dan pengen langsung penis-vagina tanpa kondom, sila pergi ke dokter. Cek kesehatan seksual masing-masing ya. Tapi tetap aja sih, habis ngeseks, juga usahakan periksa ke dokter. Kita kan gak pernah tahu ya pasangan FWB gimana. Iya kalau dia gak ngeseks sama yang lain. kalau sama yang lain gimana? Kan beresiko juga. Makanya safety itu penting. 

W ngomong gini bukan karena w pernah ngeseks ya, cuma karena w rajin baca jurnal seks, literasi porn, baca artikel, buku, dkk. Kenapa w melakukan itu? Karena pendidikan seks w buruk cinnn. Ortu w gak ngasih pengetahuan yang jelas ke w soal seksualitas. Seksualitas ditabukan gitu. Di sekolah pun topik seks ditabukan. Beruntung pas jaman SMA w dikirim jadi delegasi SMA buat ngikuti seminar Genre Anti Narkoba dan Seks Bebas yang diadakan BKKBN Mojokerto. Lucu ya cinnn.... Seks Bebas. yang namanya seks kudu bebas kaliii. harusnya tuh kiat safe sex biar pemuda-pemudinya nggak kena HIV/AIDS. Gitu.... Ya w dulu dikasih tahu soal laktasi (air susu ibu), kondom, macam-macam KB mulai suntik, pil dan tusuk. Hmmmm....ngeri deh w. W bercita-cita ntar habis nikah nggak mau pakai KB karena badan w bisa melar. haha. Ntar soal seksnya ngatur jadwal sama suami aja biar gak kebobolan.  Mudah-mudahan suami gue ntar pintar jadi gak ngeluarin ereksinya di lubang vagina gue, tapi di luar vagina. Aamiin. Karena bagi w, 2 anak aja cukup.  Gak mau lebih. Kalau mau lebih, suami gue yang gue minta ngelahirin. hahaha.  Ngelahirin kan sakit ya bo', lubang sekecil itu ngeluarin baby. Belum lagi kalau harus caesar. Duh.. Ku ntar normal aja deh, daripada perut w disayat-sayat. Ngeri deh w. 

Back to topic,
Intinya di #16HAKTP ku berharap RUU Penghapusan Kekerasan Seksual segera disahkan, sehingga Indonesia bisa menjadi negara bebas kekerasan seksual. Para perempuan bisa hidup damai. Para lelaki bisa hidup damai. Tanpa rasa takut, sewaktu-waktu bisa jadi korban. Semoga keadilan gender lekas tercipta di negara tercinta ini. Semoga para lelaki bisa memanusiakan manusia perempuan. Tidak hanya berpura-pura melek feminis dan gender, melainkan melek beneran dan mampu menempatkan perempuan sebagai makhluk yang setara dengannya. Aamiin.



Salam hangat dan cinta dariku untuk kalian semua, 




Nurfa Indri


#Salamdamaiantikekerasanseksual

Selasa, 04 Desember 2018

Friend With Benefits, Mau?

Menjalin hubungan dengan seseorang itu pilihan. Masing-masing dari kita memiliki hak untuk memilih dengan siapa kita menjalin hubungan dan seperti apa hubungan yang kita jalin. Yes....our body is our authority, isn't? Begitupun dengan hubungan FWBs atau Friend With Benefits. 

Nha, pasti kalian mulai bertanya-tanya,, "apa sih FWbs itu?". "kayak apa sih?", "enaknya apa sih?", "dampaknya apa sih?", "jalinnya kayak gimana sih?" dkk. pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan muncuk di benak kalian. Calm, ku dulu juga pernah bertanya-bertanya tentang itu kok. 

Jadi gini, man-teman. FWbs itu sederhananya temen ngewe aka ngeseks. jadi aspek hubungan ini ya passion dan intimacy, tapi tidak ada cinta dan commitment. Nyes kan bo'? Ku pribadi sih, gak mau menjalin hubungan ini. Manfaatnya belum tentu, ruginya udah pasti dong. Iya kalau pasangan FWBsku ntar benar-benar bersih dari penyakit. Iya kalau pasangan FWBsku tanggung jawab dan safe sex. Kalau nggak kan , bisa gawat dong akunya. 

Makanya, ku gak mau. Dengan alasan apapun. Dengan dalih apapun. 
Meskipun aku gak percaya mitos keperawanan yang melihat perempuan berdasar utuh-robeknya selaput dara atau rapat-longgarnya vagina, ku nggak mau pre marital sex. bukan karena takut dibilang gak perawan, melainkan ku punya value sendiri kenapa nggak mau. Tetapi sebenarnya kalau man-teman mau melakukannya sih gak masalah. Asal berkonsensus dan memang lagi mau sama mau. Prinsipnya pre marital sex itu mau sama mau, enak sama enak, suka sama suka. Kalau nggak kayak gitu, ya jangan dong. Lubang vagina dimasuki penis sakit kaliii ~meskipun ku belum pernah ngalami. Hahaha. 

Nggak enaknya hubungan FWBs itu ngambang. Gada status, tapi have sex terus dong. Kalau salah satu baper ndak bisa nuntut apa-apa. kalau satu minta pertanggung jawaban ya gak bisa dong, kan suka sama suka. kalau salah satu merasa bosan ya ninggal pasangan FWBsnya. Jahat kan? Makanya jangan mau. 

Perlu kalian tahu juga kalau hubungan FWSb itu jarang sekali yang bisa berlanjut ke hubungan romantis aka serius. Kemungkinannya cuma 15% cinnn.... Rata-rata ya jadi objek seksual dan pemuas hasrat biologis doang. Setelah itu ditinggal kalau udah bosan. Ngeri toh? Biasanya mereka yang jalin hubungan FWBs itu berharap 3 hal; bisa jadian, tetap berteman dan FWB-an selamanya. haduhhhh.....!

Gimana lu mau punya pasangan yang serius dan mencintai lu,kalau lu FWBan? Saranku atau rekomendasiku sih LOVE YOURSELF FIRST..

Terlebih bagi teman-teman perempuan ku mau bilang, "kalian nggak papa nggak terlalu cantik. kalian nggak papa nggak terlalu pintar. kalian nggak papa nggak terlalu hebat. yang penting kalian sayang diri kalian sendiri dan jangan biarkan orang lain merampas hak bahagia dan cinta kalian dengan menjadikan kalian FWB". 

FWB itu bukan sesuatu yang hina. Ku mah terserah aja. Masing-masing orang punya value-nya. Cuma alangkah lebih baiknya kita berhitung sebagai manusia. Jangan mau dong dijadikan objek. relasinya ntar lho timpang. Jarang banget yang bisa setara. Makanya mumpung belum, mending jangan. Kalau memang udah nggak kuat sama jam biologis dan hasrat yang meledak-ledak, saranku setelah baca buku The Orgasm Project karya Firliana Purwanti, kamu masturbasi deh. Mau pakai guling kek, jari kek, vibrator kek, penting bikin kamu nyaman. Jangan maksa pakai penis, apalagi pakai penis orang yang salah. Ingat, love ur self first. 


~Selama berpraktik

Rabu, 24 Oktober 2018

Mengawali Langkah Baru

Hai, Guys!

Semoga kalian selalu sehat dan dalam lindunganNya. Kali aku kembali setelah sekian lama menghilang dari blog. Hehe. Kenapa aku menghilangkan diri? Ya karena aku tidak cukup kuat melihat tulisan yang menetap di sini. Akhirnya setelah grievingku selesai, kuputuskan kembali mengisi laman ini lagi. Dan pastinya aku akan menulis sesuatu yang berfaedah bukan curhatan seperti yang selama ini kalian baca. 


Btw,  udah akhir Oktober nih Guys. Dan kalau kalian baca tulisan-tulisanku sebelumnya, kalian pasti mengira ku sudah jadi sarjana Maret lalu. Sayangnya sampai Oktober ini aku masih berproses jadi sarjana. Banyak target yang belum kucapai. Tapi ku sudah mencicipi beberapa hal yang belum kupikirkan sebelumnya like being a reporter. Wkwkwk. Ku kemarin malam sengaja membuka blog ini lagi, pasalnya ku ingin ngetes diri sendiri. Kalau dulu aku selalu sedih setiap kali membacanya kemarin justru terharu. Ya...aku terharu karena menulis begitu tegas nan cerdas. Sedang sekarang aku merasa tak secerdas dan setegas tulisan yang kutaburkan tahun lalu dan tahun sebelumnya. Btw, aku merasa agak kikuk setelah sekian lama gak ngeblog. So, maafkeun yashh kalau tulisanku gak jelas. 


Jadi, intinya ku mau ngabari aja. Ku mau balik ngeblog. Karena blog udah jadi bagian hidup gue. Hehe. Cuma kalau dulu isinya curhatan tentang mantan, kali ini ku akan nulis banyak hal berfaedah yang bisa dibahas. Aku nggak akan menghapus postingan lamaku. Kubiarkan saja ia menetap di tempatnya. Mantanku dulu berpesan agar aku tidak menghapusi tulisanku. Lagipula kisahku dan mantan kan bagian dari perjalanan hidupku. Jadi biar saja dia di sana di tempatnya. Jodoh nggak ada yang tahu cinnnn.... Apapun yang terjadi antara aku dan mantan, itu jadi pembelajaran. Pendek kata, learning from the past for better future. Gitu aja....



So, selamat menyimaki tulisan retjehku again ya gusy😊😂
 

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...