Minggu, 09 April 2017

Mobil Kodok Habis Dilahap Si Jago Merah

Perjalanan balik ke Surabaya selalu menyuguhkan cerita. Dan perjalanan kali ini adalah perjalanan tragis yang saya lalui ketika mendapati sebuah mobil kodok terbakar di jalan tol Waru arah Malang. Sayang saya tidak bisa mengabadikan momen itu. Alhasil, kendaraan arah Malang berjalan lambat karena satu ruas jalan tidak bisa dilewati. Tampak di sana, mobil kebakaran dan mobil ambulance Jasa Marga berjajar rapi di ruas kiri.  Para petugas berbaju merah tampak bertindak cepat menyiram si jago merah. Namun naas, api telah memakan seluruh bangkai mobil hingga tak berbentuk. Pemandangan itu saya dapati tepat pukul 18.00 WIB. Tapi saya tidak melihat lama sebab bus yang saya tumpangi bergerak cepat akibat memburu waktu setor. Baiklah, itu adalah sekelumit cerita perjalanan saya balik ke Surabaya. Sebenarnya saya ingin menuliskannya dalam bentuk straigh news tapi saya tidak mendapat fotonya, mau features juga tidak tahu kronologinya. Jadi ya ini saja detil singkatnya. Lebih kurang sepenglihatan saya demikian :)

Sorry, I'm Single Happy Not Jomlo Ngenes. Hahaha

(Foto dengan patung hewan Fresh Green)






(Itu adalah sederet foto di Fresh Green Trawas. Sebenarnya saya ingin menjadikannya sebagai bahan features. Tapi entah kenapa saya menjadi ragu sendiri. Pertama, saya ke sana hanya untuk jalan-jalan akibat letih karena masalah motor. Kedua, saya hanya mengamati sekeliling dan menghitung berapa pondokan, apa saja mainan yang ada di sana, apa keunikan di sana yang bisa saya jadikan sebagai angle berita. Saya bingung karena tempat itu ya begitulah. Tapi kemarin saya sempat terpikir untuk menjadikan karawitan yang ada di sana sebagai objek features. Berhubung saya hanya memfoto dari kejauhan ya sudahlah. Saya kemarin hanya duduk di pondok Nusantara menyaksikan lalu lalang orang yang sibuk berfoto dengan patung. Bukankah manusia hidup untuk mengamati dan menikmati? Agaknya hal itu yang saya lakukan. Saya hanya mengamati dan menikmati orang yang sibuk meninggalkan jejak. Sudah tentu jejak mereka berbeda dengan jejak saya. Jika mereka langsung mengunggahnya ke sosial media, maka cukup bagi saya mengunggahnya di makam ini. Setidaknya ini bisa menjadi bukti bahwa kemarin saya ke sana dan mengamati hal-hal di sana)

Setiap perjalanan menorehkan kisah, di sini kuabadikan kenangan yang memilih tinggal di kepalaku (Monrai Dellu)
Saya pasti sedang alay tingkat akut, menulis sendiri dikutip-kutip sendiri. Hahaha. Baiklah. Tapi saya tidak sealay itu kok. Percaya deh. 
Jadi saya kemarin dengan sadarnya hendak meliput berita untuk mading jurnalistik sekaligus untuk salah satu kolom koran. Sialnya, peliputan berita harus terkendala. Saya harus membuang waktu 2 jam sia-sia tanpa hasil apapun. Saya malah harus mencari bengkel yang dengan kurang ajarnya menipu saya. Beruntunglah ada Yasin, teman SMA saya sekaligus teman kuliah di Unesa. Bedanya, dia anak Ilmu Komunikasi saya anak Sastra Indonesia. Seandainya saya tahu dia berada di Trawas, saya pinta saja dia menemani saya toh bidang kami tidak berbeda jauh. Kami sama-sama terjun ke media baik cetak atau elektronik. Aih...mengingat kemarin seperti mengingat duka bagi saya. 
Sepulang dari Fresh Green, saya mampir rumahnya Budhe. Beliau memeluk saya lama sekali. Iyalah, saya sudah sebulan setengah tak bertemu beliau. Beliau sudah seperti nenek bagi saya. Karena beliau anak pertama maka secara tidak langsung, ia menjadi kakak sekaligus ibu bagi adik-adiknya. Beliau membisikkan banyak petuah di telinga saya. Saya mendengarkan dengan saksama. Yah, sebagai orangtua beliau pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Setelah membisikkan kalimat itu (maaf saya tidak akan menceritakan sama kalian. hehehe), beliau membukai ponsel saya. Beliau menanyakan tentang laki-laki berjas hitam yang pernah beliau lihat di ponsel saya. Sontak saya terkejut. Bagaimana bisa beliau ingat dengan laki-laki itu sedang saya juga setengah lupa lebih tepatnya pura-pura lupa. Hahahaha. Dua tahun lalu, Budhe bilang kalau laki-laki itu ada miripnya dengan ayah hanya beda bentuk mata, hidung dan warna kulit. Ya..bentuk wajahnya mirip ayah saya kala muda. Laki-laki itu adalah laki-laki yang saya temui dua tahun lalu dalam sebuah kegiatan. Dia membuat saya belajar banyak tentang kehidupan dan kemanusiaan. Dia orang filsafat dan segala sesuatunya dipikir matang sebelum dibicarakan. Dia adalah sosok hebat yang tak pernah mudah saya jangkau hingga sekarang (apalagi kini ia tengah memiliki kekasih orang Bengkulu. Perempuannya lebih alim dan tampak lebih muslimah dibanding saya yang kerap tampil ala kadar sesuka hati). 
Dia jauh, saya tidak bisa dengan mudah menjumpainya. Bahkan saat kaki saya menjejak di tanah tempat ia bernaung, tak saya dapati dia ada di sana. yah...dia adalah seseorang dua tahun lalu yang pernah singgah di hati saya namun bukan sebagai kekasih yang telak menyentuh hati saya. Dia hanya hadir sebagai inspirasi hidup saya kala itu. dia bahkan lupa dengan ulang tahun saya. Iyalah, siapalah saya yang harus diingat ulang tahunnya. Mungkin memikirkan semut lebih membekas di kepala lelaki itu daripada memikirkan saya. Baiklah, saya sudah tak ingin mengingat apapun tentangnya. Saya dan dia hanya berteman tidak lebih, tidak kurang. Mungkin Budhe saya saja yang kelewat harap saya bisa bersamanya toh sekarang bukan dia yang memenuhi relung hati saya. Hahaha
Budhe lalu mendapati foto laki-laki lain dengan kemeja merah dan jas almamater biru. Ingin rasanya saya nyahut ponsel saya berhubung sungkan saya biarkan saja beliau melihatnya. padahal laki-laki itu cuma tetangga saya. Budhe lalu nyeletuk panjang lebar saya hanya menanggapi dengan anggukan. Beliau juga sempat membandingkan keduanya dan saya rasa tak perlu juga. Toh keduanya bukan pacar atau mantan pacar yang bisa dibandingkan. Mereka hanyalah manusia yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu dengan saya di bumiNya. Hahahah. Sumpah saya kehabisan kata-kata sekarang. Bingung ngomongnya jika nyandak mereka berdua. Ah..ula tugas saya banyak. Saya takkan menghabiskan waktu memikirkan laki-laki yang belum tentu memikirkan saya. 
ini antara judul dan isi kok nggak nyambung banget gini ya? Jadi guys, gue mau bilang ama lu pada gue ntu Single Happy not Jomlo Ngenes. Hahaha. Saya bisa ke manapun sendiri, bisa melakukan apapun sendiri. Ya...fokus utama saya sekarang adalha fokus kuliah biar cepat lulus dan tanggal 24 Maret 2018 wisuda. Saya akan temasuk dalam golongan wisudawan angkatan 91. Subhanallah. Angka 9 disatukan dengan angka 1. Semoga bisa menjadi awal yang baik. Setelahnya saya kuliah S2 di UGM dan tinggal di Yogyakarta. Saya kerja jadi dosen dan jurnalis lepas kolom koran. Amin....
Menikahnya nanti sajalah. Saya juga belum memiliki pasangan. Nanti sajalah. Saya mau fokus pada apa yang diraih sekarang. Jodoh mah saya pasrah sekarang. Membacai tulisan di sini saja membuat saya menangisi kebodohan diri saya kala itu sekaligus saya menertawakan diri saya yang berani menulis panjang kali lebar meskipun tidak pernah bersua dengan orang yang masuk dalam cerita. Baiklah, mungkin saya tengah gila atau kelewat gila.Entahlah...Yang lalu biarlah berlalu. Sekarang saatnya menapaki dunia baru dengan hati dan otak yang baru. Sebab seburuk apapun masa lalu, masa depan masih suci. Jadi, aku akan memperjuangkan harapanku. Tak apalah saya jadi perempuan lajang yang sibuk berkutat dengan tulisan tiap malam minggu, karena suksesku nanti untuk cinta yang berkelas. Amin.
_semoga Allah selalu mendengarkan doa yang tersemat di benakku_
_keinginanku cukup sederhana, Tuhan. Kehendaki aku untuk mewujudkannya ya. Tuhan baik deh_

Surabaya, 10042017

Kunjungan Wisata Buddha Akshobya





 NB: Ceritanya ditunda dulu ya, Guys. I'm very tired now.













Sebuah Perjalanan Waktu

 (Nindi kala masih  menjadi bayi perempuan yang baru belajar tengkurap)

(Nindi kala beranjak menjadi perempuan dewasa yang kini berusia 21 tahun)

Tak terasa waktu telah mengantarkanku di titik ini. Kini aku bukan lagi bayi berumur tujuh bulan yang baru belajar bagaimana caranya tengkurap. Aku kini telah menjadi seorang perempuan dewasa yang harus bisa memperbaiki kualitas diriku untuk masa depanku. Yah...kemarin adalah hari ulang tahunku. Tepat tanggal 08 April 2017. Tak ada yang istimewa dari ulang tahun, yang jelas usiaku semakin bertambah dan kesempatan hidupku semakin berkurang. Kan umur yang memiliki adalah Yang Kuasa jadi sebagai hamba aku hanya harus menjalani dengan tabah apa-apa yang sudah digariskan padaku. Itu saja. 
Kado istimewa tentunya datang dari sepasang bidadariku. Ada makna filosofis dibalik kado yang mereka berikan. Yang jelas, jika kusemiotikkan sendiri mereka ingin aku segera berpijak di atas kakiku sendiri. Aku harus bisa melangkah sendiri tanpa bergantung dan menyusahkan mereka lagi. Lebih kurang begitu. Hehehe. Iyalah, aku kini sudah berusia 21 tahun masa' ya harus bergantung terus sama orangtua. Kasihan Yanda dan Bunda jika aku harus terus menumpang hidup sama mereka. Kasihan adikku juga, dia memiliki harapan dan tentu butuh dana untuk mempersiapkan harapannya. Mana mungkin aku tega membunuh harapannya. Ya...aku akan menyelesaikan studiku tahun ini dan maret 2018 kalian bisa menyaksikan lulus S.S dan wisuda. Amin. Aku akan berupaya semaksimal mungkin Ayah, Ibu, Adik. Aku akan menyelesaikannya tepat waktu bahkan sebelum waktunya. Aku akan kerja setelahnya dan membantu kalian membiayai kuliah adik. Itu janjiku. Aku akan membuktikannya. Mungkin di awal,kalian harus membiayai adik terlebih dahulu, tapi setelahnya biar aku saja yang menanggungnya. Aku akan menikah setelah adik lulus kok. Jadi kalian nggak usah khawatir dengan biaya adik. Aku tulus dan ikhlas melakukannya. Aku sudah banyak berpikir kemarin dan inilah keputusanku. Toh aku juga tidak dalam keadaan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. 
Jika dihitung dari sekarang mungkin lima tahun lagi aku menikahnya yaitu tahun 2022. Artinya, aku akan menikah diusiaku yang ke-26 tahun. Usia yang masih produktif kok untuk hamil dan melahirkan. Usia yang cukup matang untuk menikah dan berumahtangga. Tak apalah aku telat menikah, toh di era modern usia segitu masih muda kalii. Aku juga punya cita-cita. Selain harus bekerja untuk membantu biaya kuliah adik, aku ingin kuliah S2 dan S3. Aku ingin jadi doktor di usiaku yang ke-27 atau ke-28 tahun. Yes, I want to be lecturer. Jadi aku harus menempuh pendidikan setinggi itu. Yah..semoga cita-cita anak gunung ini dikabulkan sama Tuhan. Amin...
Meski sebenarnya aku ingin menikah di tanggal 02022020. Tapi jika masih banyak yang harus kuselesaikan ya sudahlah. Menikah memang harus disegerakan tapi tak buru-buru juga keleus. Segala sesuatunya harus matang. Nikah kui gak angger nikah. calon ae ra duwe kok obyok nikah. hahaha . Yang ada di depan mataku sekarang adalah skripsi yang harus segera dituntaskan, wisuda yang harus disegerakan, kerja yang harus diupayakan, dan S2 yang sudah menanti. Oh My God, TEPku nggak lulus-lulus. Minimal harus 550 lagi. Tuhan, bantu Indri ya. Aku harus segera lulus TEP biar cepat proses S2nya. Inginku, setelah S1 langsung lanjut S2 sekalian kerja. Jadi saat usia 26 tahun setidaknya aku sudah bisa nyicil rumah, beli mobil, renovasi rumah orangtua, umroh dan jalan-jalan. Hahahaha. Amin Ya Rabb...
Aku kok jadi bingung nulis apa ya. Ada banyak hal yang ingin kutulis kok jadinya gini. Ya sudahlah. Kini, saya adalah seorang perempuan berusia 21 tahun yang tengah berjuang menyelesaikan studi agar segera lulus dan wisuda. Saya adalah perempuan yang sibuk mengisi rubrik citizen reporter (citizen journalism) di koran. Saya adalah perempuan yang sibuk mengikuti lomba penulisan cerpen dan puisi agar mendapatkan pengalaman sekaligus sertifikat sebagai peserta dan pemenang. Saya tak ingin munafik, saya cukup membutuhkannya untuk kelapangan jalan kuliah S2. Saya adalah perempuan yang sibuk memperbaiki kualitas diri agar kelak bisa menjadi sebaik-baik perempuan yang dinikahi laki-laki tepat. entah itu kapan
Kalian yang baca pasti bingung? Saya yang nulis saja iya. Ada banyak hal yang hinggap di kepala saya. Saya harus segera menuliskannya untuk menyelesaikan beban yang memberati kepala saya. Tapi kok nggak bisa keluar semua gini. Jadi ya sudahlah. Nikmati saja. 
Intinya, saya bahagia meski tadi pagi kena apes. Semoga ini adalah awal yang baik untuk saya, untuk kalian semua. Amin...
Terakhir, seorang Nurvati Indriani adalah perempuan sederhana yang menjadi anak dari tulisannya berharap suatu ketika bisa menjadi DALANG dalam kehidupannya. 
_dan kini aku tengah memainkan peranku sebagai DALANG dalam kehidupanku_
Surabaya, 09 April 2017

Kamis, 06 April 2017

About My Memories in 20 Years Old






  (dok. pribadi lebaran 2016 with my niece, Salsa Azzahrah)

(pernikahan Mbak Lika dan Mas Fathur, 16 Juli 2016)
(Foto dari gedung Sendratasik, Unesa. Survei linghting untuk pentas teater Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya 09 Desember 2016)
(Pelatihan penulisan PKM bagi mahasiswa bidikmisi di STTAL Bumimoro, Surabaya September 2016 #Indria, Miss, dan Vatin)
(Hang out to Royal Plaza October 2016)
(Refreshing to Duyung Trawas Hill, November 2016)
(Maulid Nabi Desember 2016 #Jeje dan Indri)
(Jalan-jalan dengan keluarga ke Taman Safari Prigen 2016)

(Foto di depan kandang harimau, TSP)

(Foto di samping mobil pajero sport hitam. Semoga suatu saat nanti bisa benar-benar memilikinya. Amin. Guys, please say "Amin" for my desire yes. hehehe)
(Baju kembaran dengan warna berbeda. Lagi-lagi kembaran. Numpuk sudah baju kembar di rumah. Hehehe. With my beloved sister)
(refreshing again to DTH Desember, 30 2016 with my sister Jeje Dwi Parwati and my niece Salsa Azzahrah)
(Foto di kamar pengantin Vita dan Erwin with Mbak Vita dan Jeje. Cantik kan? Hehehe)
 (Just simple woman who fight her desire be a future lecturer, future journalist, future novelist, future activis woman and gender, future woman entrepreneur, future owner literary studio, future wife, and future Mom. Hehehe (Say "Amin" ya)
(Foto dengan Ksatria pertama di hidupku. Dia adalah sebenar-benarnya Ksatria. Aku takkan membiarkan siapapun melukai harga diri Ksatriaku seperti tahun 2011 lalu. Kan kutampar telak mereka yang berani sedikit saja menyentuhnya sebelum mereka bisa melangkahi mayatku. Ksatriaku, takkan kubiarkan kau terluka. Aku akan memperjuangkan kebahagiaan dan kebanggaan untukmu. Sabar dan tunggu saja, aku memberi buktinya. Someday, I'll good enough and be success woman, Dad. I promise to you)
(He's my cousin which named Heni. He was being married in March 2017)
(Katanya sih "mirip" bahkan ada yang bilang "kembar" entah dari mananya. Hehehe)
(Budhe, Jeje dan Vatin in My Aunt Home. Ada yang bilang muka saya mirip Budhe. Dan itu adalah pertanda bahwa saya wajah saya adalah representasi dari wajahnya ayah. pantesan chubby.  Hahaha)

Sederet kenangan, setiap orang pasti memilikinya begitupun saya. Saya tak tahu tempat ini layak atau tidak digunakan menyimpan kenangan yang jelas tempat ini adalah makam yang harus saya kunjungi lagi dan lagi. Saya harus menaburkan bunga kisah di atas pusaranya. Karena ini adalah makam maka yang berkunjung otomatis sudah harus paham bahwa apa yang ada di sini adalah masa lalu yang jadi pembelajaran untuk kehidupan saya maka kalian juga harus menjadikannya pembelajaran ya. Selain itu, sederet harapan masa depan juga terangkum di sini, tugas Anda (sebagai pembaca) adalah mengAminkannya. Semoga saya bisa meraih asa saya dan saya akan mendoakan Anda semoga Anda juga bisa meraih asa Anda. Amin. Saya berharap entah di belahan bumi mana, di waktu kapan saya bisa secara pribadi bisa bertemu dengan Anda. Meski saya memiliki keterbatasan. Semoga. 

Bagi saya hidup adalah perjuangan dan pembelajaran. Teramat banyak yang sudah terjadi di usia saya yang ke-20 tahun. Saya harus bisa dewasa dan mengambil hikmah darinya sebab saya masih hidup dan terus tumbuh maka yang sudah berlalu ya sudah. Saya tidak bisa memperbaiki kesalahan masa lalu namun saya bisa berupaya sebaik mungkin di masa sekarang untuk merengkuh masa depan yang saya harapkan. Semoga Anda juga begitu ya. Apapun yang terjadi di masa lalu, syukuri saja dan jadikan pembelajaran. Jangan sibuk mencaci apalagi membenci. Lapangkan hati Anda dengan memaafkan. Beri bukti pada orang yang melukai harga diri Anda bahwa Anda adalah seseorang yang tangguh dan hebat. Saya yakin siapapun yang telah berkunjung ke blog ini adalah orang yang sengaja atau tidak sengaja "KESASAR" menemukan buah inspirasi dan motivasi agar tidak mengalami hal yang pernah saya alami. 

Mungkin gambaran diri saya di sini selayaknya gadis labil yang mengungkapkan kebingungan dan keruwetan pemikirannya tentang cinta. Cinta yang sungguh salah besar. Saya sadar sebelum saya mencintai orang lain, saya harus mencintai diri saya terlebih dahulu. Sebelum saya mempercayai orang lain, saya harus mempercayai diri saya terlebih dahulu. Saya telah menjadi pecinta yang salah di usia saya ke-20 tahun. Tapi tulisan-tulisan di sini telah mengajari saya bahwa meski saya memiliki harap untuk bersama dan bersatu dengan orang yang saya cintai, saya harus tetap berjiwa besar jika dia tidak memilih saya. Rasa cinta saya teramat besar. Saya tidak bisa membencinya. Saya mensyukuri takdir yang menjadikan kami sebagai dua orang sahabat. Cinta mengajari saya untuk melepaskan orang yang saya cintai untuk kebaikan dan kebahagiaannya. Ya...saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk membahagiakannya di tengah-tengah rasa sakit yang bersarang di hati saya. Jadi, melepaskan dia adalah jalan terbaik yang bisa saya lakukan. Saya harus menyembuhkan luka saya terlebih dahulu sebelum saya benar-benar siap mencintai. Iya, kalau yang saya cintai adalah memang takdir saya kalau bukan gimana coba? Hal itu justru menyakiti saya bila benar-benar terjadi. Ya..siapa tahu juga barangkali laki-laki yang ditakdirkan dengan saya ada di Surabaya atau Yogyakarta atau Samarinda atau Batam. Kan siapa yang tahu? Semua itu masih terangkum dalam  catatan takdirNya. Jadi, tugas saya sebagai manusia hanya berupaya menjalani. 

Sebenarnya kapan hari pernah terlintas dalam benak saya untuk memilih tidak menikah saja seumur hidup saya. Saya tidak akan memiliki suami dan juga anak. Saya bisa fokus kerja, fokus berkarier dan berkelana ke manapun tanpa keterikatan dengan siapapun. Hal itu muncul saat saya berulang kali gagal bersama dengan orang-orang yang saya cintai. Saya malah bersama dengan orang-orang yang tidak saya cintai dan saya tidak bisa menerima mereka bahkan untuk sekedar belajar mencintai mereka. Ya...siapa yang bisa memaksakan perasaan sayang dan cinta. Maka saya memilih menutup pintu hati bagi mereka yang memaksa mendekat karena sekali hati saya berkata tidak ya tidak. Namun agaknya hal itu salah sebab meski kami tidak bisa menjadi pasangan, kami bisa bersama sebagai sahabat. Untuk hal yang terlintas dalam benak saya tadi, memberi kesadaran saya bahwa saya tidak boleh berpikir terlalu radikal seperti para feminis radikal yang bahkan dengan sadarnya membuang payudara dan rahim mereka agar terhindar dari penyakit kanker dan mereka memiliki kesempatan hidup yang panjang. Sayangnya, tidak seradikal mereka atau mungkin saya tak berani berpikir radikal seperti mereka. Bagaimanpun saya memang masih dikungkung oleh pemikiran patriarki dan butuh perjuangan panjang keluar dari situ. Saya memang tahu apa arti kebebasan dan feminis bagi perempuan bahkan sangat paham namun alam bawah sadar saya sejak kecil sudah dididik dengan patriarki. Tugas saya sekarang adalah keluar dari kungkungan itu dan menjadi seorang feminis sejati yang menjalankan perannya sebagai perempuan tanpa menyalahi kodratnya sebagai perempuan. Artinya, saya siap hamil-melahirkan dan menyusui. Itu tandanya saya butuh suami dan anak untuk melengkapi dan menemani saya menghabiskan waktu yang tak lama di bumiNya. Lebih kurang begitu. 

Jika ditanya apa harapan saya di usia yang besok berganti menjadi 21 tahun adalah saya bisa menyelesaikan skripsi saya di tahun ini sehingga Maret 2018 bisa wisuda. Saya harus gantian sama adik saya. Saya bisa mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah S2 di jurusan Sastra Indonesia pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saya memiliki laptop dan kamera SLR baru sebab saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Saya mau kerja sebagai jurnalis entah kelak menjadi reporter atau editor. Ini adalah langkah awal saya mandiri dan berpijak di atas kaki saya sendiri. Saya yang akan membantu orangtua saya mengkuliahkan adik saya bukan saya yang merepoti mereka untuk membiayai kuliah S2 yang tidak murah. Saya ingin novel pertama saya terbit dan dibaca banyak orang. Semoga PT. Gramedia Pustaka Utama berkenan menerbitkannya kalau tidak bisa ya akan saya bawa ke penerbit Bentang. Semoga tahun ini selesai penulisannya dan bisa terbit maksimal awal tahun depan. Sepertinya ini target saya setahun ke depan. Kalau target dua, tiga, empat atau lima tahun sudah terangkum dalam dokumen laptop saya. Saya belum ingin menyampaikannya di sini. 

Hal lain yang ingin saya capai adalah memiliki banyak relasi dari berbagai kalangan entah dari profesi apa. Saya wartawan, saya seorang jurnalis kini saatnya melebarkan sayap persahabatan. Semoga saya dan sahabat saya tetap baik-baik saja. Saling memberi semangat bukan saling melemahkan. Dia bisa segera menyelesaikan studinya seperti saya yang akan menyelesaikan studi saya. Alhamdulillah proposal skripsi saya yang sampai bab 3 itu sudah di ACC. Tapi entah kalau kelak berganti pembimbing harus diubah total atau tidak. Kemarin saya mempresentasikan proposal saya dan mendapat apresiasi bagus dari dosen saya. Saya hanya mendapatkan satu pertanyaan dari teman saya, Usfiah tentang kenapa saya memilih novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari sebagai objek. Saya menjelaskan panjang lebar begitupun dengan teori yang saya pilih. Sejujurnya saya ingin menggunakan teori post truth yang dikemukakan Ralph Keyes. Post truth adalah zaman pasca kebenaran jadi kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang relatif. Tidak ada di dunia ini yang benar-benar benar. Semuanya bergantung sudut pandang. Saya pikir jika saya menggunakan teori itu, maka skripsi saya akan menjadi skripsi perdana di Indonesia khususnya yang mengkaji itu. Karena rata-rata kajian itu hanya dilakukan di luar negeri meskipun isu-isu post truth sudah masuk ke Indonesia dan maret lalu Goenawan Mohammad menjelaskan panjang lebar tentang isu itu saat ditunjuk sebagai pembicara di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sayangnya, kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus. Saya akan tertatih-tatih menerjemahkan buku tebal dengan bahasa Inggris itu. Sebelumya buku itu pernah didiskusikan oleh Pelangi Sastra UM di Kafe Pustaka berhubung saya tidak bisa ke sana, jadi saya tidak bisa menghadiri acara itu. Akhrinya menimbang dan terus menimbang setelah tadarus buku teori mulai dari buku feminist thoughtnya Tong, buku poststrukturalisme dan postkolonialnya Madan Sarup, buku Beginning Theorynya Peter Bary, buku Penyingkapan Kuasa Simboliknya Fauzi Fashri, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada buku yang terakhir. Ya..saya memilih menggunakan teori semiotika sosialnya Pierre Bourdieu. Jangan tanya kiblat saya mana ya? Yang jelas UGM tercinta karena di Unesa belum banyak yang mengkaji karya sastra dengan teori Bourdieu. 

Saya sebenarnya bingung dengan diri saya. Giliran nulis ilmiah lancarnya bukan main bahkan langsung diapresiasi eh giliran nulis cerpen atau puisi dapat coretan banyak. Yang terlalu ilmiah lah, yang terlalu kakulah, yang abstraklah, yang terlalu mikrolah. Huuuhhh.....Kalau dialektikanya yang dilihat saya menang, dosen saya mengakui itu. Tapi jika nyandak ke jiwa karyanya, saya akan diberondong dan dikritik habis-habisan. Saya sampai malas menyetorkan tulisan pada dosen pembimbingan penulisan kreatif saya. Padahal dosen saya suka rela membimbing tanpa perlu saya menggajinya. Dia bahkan rela meluangkan waktunya cuma-cuma untuk mahasiswa seperti saya. Dulu saya pernah dihabisi oleh beliau ketika penulisan karya ilmiah. Dosen saya memang resek, saya ditanyai banyak hal dan entah kenapa jawaban saya makin tinggi. Teman-teman pada banyak yang bingung, yang bisa memahami hanya dosen saya. Lah gimana lagi, orangnya pakai bahasa ilmiah tinggi mirip buku malah, maka saya jawab juga dengan kata dan kalimat ilmiah yang tinggi. Padahal ada beberapa yang asal jeplak karena saya sendiri tak tahu artinya. Wah...saya lak ngawur. hahahaha. maafkan saya, Pak. Tapi terima kasih untuk apresiasi yang mengalir tiada henti. Jadi, guys kalian jangan tanya seperti apa bahasa chat-chatan saya ya. Yang jelas segala sesuatunya sesuai prosedur. Saya tidak pernah menggunakan singkatan aku dengan aq. Saya sudah meninggalkan hal itu sejak SMA. Jadi maklumi sajalah jika saya tampak kaku atau susah dibedakan mana yang serius atau yang guyonan. Nikmati saja. Saja juga tidak tahu kenapa jadi ilmiah begini. Hahahah

So, menuju H-1 ulang tahun, semoga apa-apa yang menjadi cita-cita dan harapan saya di usia 21 tahun ini bisa terwujud. Saya merasa belum waktunya memikirkan pasangan (bisa jadi karena takut seperti kemarin). Jadi sekarang lebih baik fokus pada pendidikan dan karier sajalah. Insyaallah, ketika saya berkualitas jodoh saya juga berkualitas. Tak apalah saya malam minggu sibuk dengan tugas tak seperti mereka yang kencan ke sana ke mari, karena suksesku nanti untuk cinta yang berkelas. Hahaha. 
Jadi selamat menanti tanggal 08 April, Guys. Semoga hari itu membawa kebaikan bagi kalian, bagi semua makluk di bumiNya. Amin....

Surabaya, 07 April 2017
Kost Babatan Gg. 5 (Kostnya Miss)












Rabu, 05 April 2017

Surat Penghantar Rinduku Untuk Kakak Lelakiku, Eko Teguh Suwono

Langit tengah di penuhi taburan bintang dan pendar bulan, Kak. Tak jemu kupandangi langit yang merekahkan senyumnya berharap itu adalah senyum yang kaukirim padaku di bulan kelahiranku. Aku hendak ulang tahun, Kak. Tepat tanggal 08 besok, aku berusia 21 tahun. Usia yang sudah sangat matang untuk tahu dan memahami segala hal. Adikmu kini bukan lagi kanak-kanak, bukan lagi remaja. Adikmu telah menjadi perempuan dewasa yang masih berproses dan berjuang  menjadi sebaik-baik perempuan dewasa. Meski itu tak mudah dan tak pernah mudah namun aku memilih menjalaninya. 

Kakak, lagi apa di atas sana? Kakak pasti bisa melihatku kan? Aku tengah merangkai huruf-huruf untuk menjadi cerita tentangmu dan tentangku yang merindukanmu. Meski aku tak pernah melihat wajahmu karena jarak usia kita yang terpaut lima tahun, namun aku percaya Kakak adalah anak yang  kehadirannya diharapkan oleh orangtua kita. Kakak pernah menjadi tumpuan harapan mereka. Sayangnya takdir berkehendak lain. Kakak tidak memiliki waktu lama untuk menorehkan kebahagiaan dan kebanggaan bagi mereka. Kakak harus kembali dan akhirnya terpisah dengan mereka. Aku percaya kini Kakak tengah bermain riang di surgaNya menunggu kehadiranku, menunggu kehadiran adik, menunggu kehadiran ayah dan ibu. Wah...Kakak pasti dekat sekali dengan Tuhan. 

Seperti apa surga itu, Kak? Seperti apa abadi itu, Kak? Kamu sudah lama berkelana di surga dan di keabadian, tak inginkah kamu hadir sekali lagi untuk menjejaki bumiNya meski dalam wujud lain. Tidak inginkah kau kembali dekat denganku, Kak? Aku sungguh ingat dekat denganmu, Kakak Lelakiku. Jika aku bisa menjadi DALANG maka kupanggil kamu kembali untuk hadir dalam kehidupanku. Jika memang Tuhan tak menghendakimu sebagai Kakakku, aku ingin Ia menghendakimu sebagai anakku. Bisakah kelak setelah aku menikah dan bersuami, ruhmu masuk ke rahimku, Kak? Bisakah kau menjelma menjadi anakku?? Aku sungguh ingin dekat denganmu. Aku sungguh ingin melihat parasmu. Mungkin ini hanya keinginan gila seorang gadis labil. Tapi salahkah jika hal itu terbesit dalam benakku, Kak?

Kak, kehidupanku tak mudah. Kamu mungkin tahu itu. Aku harus dewasa dengan banyak luka. Aku menertawai semua tangisku agar selalu terlihat baik-baik saja di depan orangtua kita. Aku pendusta yang hebat, bukan? Aku pelawak yang hebat, bukan? Aku begitu hebat menipu diriku, Kak. Hingga aku lupa pada apa yang kurasa. Apakah ini akan menjadi petanda sakit jiwa? Aih...berlebihan sekali. Aku bahkan tidak memiliki gejala sakit jiwa. Aku masih baik-baik saja dan sangat baik-baik saja meski kerap merasa mati rasa hingga yang kudapati hanyalah hampa.  Aku sakit, Kak. Pada siapa akan kuceritakan rasa sakitku? Jika kamu ada mungkin aku akan menceritakannya padamu karena aku sungguh tak mungkin menceritakan itu pada orangtua kita.

Meski aku tak bisa melihatmu, kamu bisa melihatku kan, Kak? Kamu bahkan mungkin tengah menemaniku sekarang. Kamu mungkin tahu jika hatiku teramat sakit. Aku ingin menjerit dan meluruhkan tangisku. Tapi aku tak bisa.  Kebiasaan memendam seluruh emosiku membuatku lelah dan jengah. Aku dibuat bingung oleh diriku sendiri. Bagaimana ini, Kak? Segila itukah aku??? Aku waras bahkan sangat waras. Jika aku periksa ke psikolog, hasilnya juga sama. Aku masih sangat waras. Namun entah kenapa akhir-akhir ini karena tulisanku aku menjadi sibuk berkelana dalam dunia fantasi dan imajinasi. Kakak pasti tahu betapa lelahnya adikmu ke sana sampai ia harus merasakan tubuhnya tak mampu menampung pikirannya yang enggan rehat. Maka sakit itu menyerang tubuhku. 

Kak, maafkan aku yang belum bisa meyambangi makammu dan menaburkan bunga di atas pusaramu. Tetapi kamu pasti tahu, namamu tak pernah lewat dalam doaku. Namamu selalu kusebut, Kak. Pasti kau merasakan betapa hangatnya rinduku untukmu meski yang tersisa di hatiku adalah gigil hebat tiap kali menggemakan namamu. Yah..kamu pasti jadi lelaki hebat ya (seandainya hidup).  Kamu akan berusia 26 tahun tepat tanggal 09 Juni kelak. Harusnya sekarang, Kakak sudah punya pacar atau calon istri dan aku akan punya kakak ipar. Heheheh. Tapi semua itu hanya ilusi. Mungkin kamu memang ditakdirkan sebagai penghuni surgaNya jadi Ia memintamu tetap tinggal dan berlari riang di sana. Baiklah, jaga dirimu baik-baik ya, Kak. Aku juga akan menjaga diriku baik-baik. 

Kak, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Takkan jemu kurapalkan doa untukmu yang tak bisa kutemui dengan mata terbuka. Aku bahkan tak pernah melihat wajahmu. Namun pusaramu menjadi bukti bahwa kau pernah singgah di bumiNya dan menjejakinya sebelum akhirnya kembali ke surgaNya. Tuntun aku dari sana ya, Kak. Minta tolong, katakan pada Tuhan agar Ia melapangkan jalan adikmu yang tengah berjuang menyelesaikan studi dan meraih asanya. Jangan lupa katakan padaNya untuk membuatkan alur terbaikNya untuk hidupku. Bilang juga jika adikmu tengah menanti seorang Ksatria yang kelak akan menjadi penggenap separuh agamaNya, maka mintalah padaNya agar adikmu segera bertemu dengan Ksatria itu selepas meraih asanya untuk kuliah S2 di UGM, Yogyakarta. Bilangin sama Tuhan ya, Kak. Kakak baik deh. I miss you....

_Saya tengah merindukan almarhum Kakak Lelaki saya sebab lama tak berkunjung ke pusaranya_

_mungkin tulisan ini tampak ilusi, karena memang begitu adanya. Saya hanya tengah bercakap pada diri sendiri. jadi kalian tak perlu buang energi untuk mencaci_

_ saya hanya seseorang yang memiliki sederet kenangan, entah layak atau tidak dimakamkan di sini. saya berharap tidak ada kesia-siaan yang termuat di sini. semua memberi pembelajaran entah dengan sudut pandang apa kalian menerkanya_

Surabaya, 05 April 2017

(Menuju H-3 Nurfa Indri's Brithday)

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...