Kamis, 06 April 2017

About My Memories in 20 Years Old






  (dok. pribadi lebaran 2016 with my niece, Salsa Azzahrah)

(pernikahan Mbak Lika dan Mas Fathur, 16 Juli 2016)
(Foto dari gedung Sendratasik, Unesa. Survei linghting untuk pentas teater Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya 09 Desember 2016)
(Pelatihan penulisan PKM bagi mahasiswa bidikmisi di STTAL Bumimoro, Surabaya September 2016 #Indria, Miss, dan Vatin)
(Hang out to Royal Plaza October 2016)
(Refreshing to Duyung Trawas Hill, November 2016)
(Maulid Nabi Desember 2016 #Jeje dan Indri)
(Jalan-jalan dengan keluarga ke Taman Safari Prigen 2016)

(Foto di depan kandang harimau, TSP)

(Foto di samping mobil pajero sport hitam. Semoga suatu saat nanti bisa benar-benar memilikinya. Amin. Guys, please say "Amin" for my desire yes. hehehe)
(Baju kembaran dengan warna berbeda. Lagi-lagi kembaran. Numpuk sudah baju kembar di rumah. Hehehe. With my beloved sister)
(refreshing again to DTH Desember, 30 2016 with my sister Jeje Dwi Parwati and my niece Salsa Azzahrah)
(Foto di kamar pengantin Vita dan Erwin with Mbak Vita dan Jeje. Cantik kan? Hehehe)
 (Just simple woman who fight her desire be a future lecturer, future journalist, future novelist, future activis woman and gender, future woman entrepreneur, future owner literary studio, future wife, and future Mom. Hehehe (Say "Amin" ya)
(Foto dengan Ksatria pertama di hidupku. Dia adalah sebenar-benarnya Ksatria. Aku takkan membiarkan siapapun melukai harga diri Ksatriaku seperti tahun 2011 lalu. Kan kutampar telak mereka yang berani sedikit saja menyentuhnya sebelum mereka bisa melangkahi mayatku. Ksatriaku, takkan kubiarkan kau terluka. Aku akan memperjuangkan kebahagiaan dan kebanggaan untukmu. Sabar dan tunggu saja, aku memberi buktinya. Someday, I'll good enough and be success woman, Dad. I promise to you)
(He's my cousin which named Heni. He was being married in March 2017)
(Katanya sih "mirip" bahkan ada yang bilang "kembar" entah dari mananya. Hehehe)
(Budhe, Jeje dan Vatin in My Aunt Home. Ada yang bilang muka saya mirip Budhe. Dan itu adalah pertanda bahwa saya wajah saya adalah representasi dari wajahnya ayah. pantesan chubby.  Hahaha)

Sederet kenangan, setiap orang pasti memilikinya begitupun saya. Saya tak tahu tempat ini layak atau tidak digunakan menyimpan kenangan yang jelas tempat ini adalah makam yang harus saya kunjungi lagi dan lagi. Saya harus menaburkan bunga kisah di atas pusaranya. Karena ini adalah makam maka yang berkunjung otomatis sudah harus paham bahwa apa yang ada di sini adalah masa lalu yang jadi pembelajaran untuk kehidupan saya maka kalian juga harus menjadikannya pembelajaran ya. Selain itu, sederet harapan masa depan juga terangkum di sini, tugas Anda (sebagai pembaca) adalah mengAminkannya. Semoga saya bisa meraih asa saya dan saya akan mendoakan Anda semoga Anda juga bisa meraih asa Anda. Amin. Saya berharap entah di belahan bumi mana, di waktu kapan saya bisa secara pribadi bisa bertemu dengan Anda. Meski saya memiliki keterbatasan. Semoga. 

Bagi saya hidup adalah perjuangan dan pembelajaran. Teramat banyak yang sudah terjadi di usia saya yang ke-20 tahun. Saya harus bisa dewasa dan mengambil hikmah darinya sebab saya masih hidup dan terus tumbuh maka yang sudah berlalu ya sudah. Saya tidak bisa memperbaiki kesalahan masa lalu namun saya bisa berupaya sebaik mungkin di masa sekarang untuk merengkuh masa depan yang saya harapkan. Semoga Anda juga begitu ya. Apapun yang terjadi di masa lalu, syukuri saja dan jadikan pembelajaran. Jangan sibuk mencaci apalagi membenci. Lapangkan hati Anda dengan memaafkan. Beri bukti pada orang yang melukai harga diri Anda bahwa Anda adalah seseorang yang tangguh dan hebat. Saya yakin siapapun yang telah berkunjung ke blog ini adalah orang yang sengaja atau tidak sengaja "KESASAR" menemukan buah inspirasi dan motivasi agar tidak mengalami hal yang pernah saya alami. 

Mungkin gambaran diri saya di sini selayaknya gadis labil yang mengungkapkan kebingungan dan keruwetan pemikirannya tentang cinta. Cinta yang sungguh salah besar. Saya sadar sebelum saya mencintai orang lain, saya harus mencintai diri saya terlebih dahulu. Sebelum saya mempercayai orang lain, saya harus mempercayai diri saya terlebih dahulu. Saya telah menjadi pecinta yang salah di usia saya ke-20 tahun. Tapi tulisan-tulisan di sini telah mengajari saya bahwa meski saya memiliki harap untuk bersama dan bersatu dengan orang yang saya cintai, saya harus tetap berjiwa besar jika dia tidak memilih saya. Rasa cinta saya teramat besar. Saya tidak bisa membencinya. Saya mensyukuri takdir yang menjadikan kami sebagai dua orang sahabat. Cinta mengajari saya untuk melepaskan orang yang saya cintai untuk kebaikan dan kebahagiaannya. Ya...saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk membahagiakannya di tengah-tengah rasa sakit yang bersarang di hati saya. Jadi, melepaskan dia adalah jalan terbaik yang bisa saya lakukan. Saya harus menyembuhkan luka saya terlebih dahulu sebelum saya benar-benar siap mencintai. Iya, kalau yang saya cintai adalah memang takdir saya kalau bukan gimana coba? Hal itu justru menyakiti saya bila benar-benar terjadi. Ya..siapa tahu juga barangkali laki-laki yang ditakdirkan dengan saya ada di Surabaya atau Yogyakarta atau Samarinda atau Batam. Kan siapa yang tahu? Semua itu masih terangkum dalam  catatan takdirNya. Jadi, tugas saya sebagai manusia hanya berupaya menjalani. 

Sebenarnya kapan hari pernah terlintas dalam benak saya untuk memilih tidak menikah saja seumur hidup saya. Saya tidak akan memiliki suami dan juga anak. Saya bisa fokus kerja, fokus berkarier dan berkelana ke manapun tanpa keterikatan dengan siapapun. Hal itu muncul saat saya berulang kali gagal bersama dengan orang-orang yang saya cintai. Saya malah bersama dengan orang-orang yang tidak saya cintai dan saya tidak bisa menerima mereka bahkan untuk sekedar belajar mencintai mereka. Ya...siapa yang bisa memaksakan perasaan sayang dan cinta. Maka saya memilih menutup pintu hati bagi mereka yang memaksa mendekat karena sekali hati saya berkata tidak ya tidak. Namun agaknya hal itu salah sebab meski kami tidak bisa menjadi pasangan, kami bisa bersama sebagai sahabat. Untuk hal yang terlintas dalam benak saya tadi, memberi kesadaran saya bahwa saya tidak boleh berpikir terlalu radikal seperti para feminis radikal yang bahkan dengan sadarnya membuang payudara dan rahim mereka agar terhindar dari penyakit kanker dan mereka memiliki kesempatan hidup yang panjang. Sayangnya, tidak seradikal mereka atau mungkin saya tak berani berpikir radikal seperti mereka. Bagaimanpun saya memang masih dikungkung oleh pemikiran patriarki dan butuh perjuangan panjang keluar dari situ. Saya memang tahu apa arti kebebasan dan feminis bagi perempuan bahkan sangat paham namun alam bawah sadar saya sejak kecil sudah dididik dengan patriarki. Tugas saya sekarang adalah keluar dari kungkungan itu dan menjadi seorang feminis sejati yang menjalankan perannya sebagai perempuan tanpa menyalahi kodratnya sebagai perempuan. Artinya, saya siap hamil-melahirkan dan menyusui. Itu tandanya saya butuh suami dan anak untuk melengkapi dan menemani saya menghabiskan waktu yang tak lama di bumiNya. Lebih kurang begitu. 

Jika ditanya apa harapan saya di usia yang besok berganti menjadi 21 tahun adalah saya bisa menyelesaikan skripsi saya di tahun ini sehingga Maret 2018 bisa wisuda. Saya harus gantian sama adik saya. Saya bisa mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah S2 di jurusan Sastra Indonesia pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saya memiliki laptop dan kamera SLR baru sebab saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Saya mau kerja sebagai jurnalis entah kelak menjadi reporter atau editor. Ini adalah langkah awal saya mandiri dan berpijak di atas kaki saya sendiri. Saya yang akan membantu orangtua saya mengkuliahkan adik saya bukan saya yang merepoti mereka untuk membiayai kuliah S2 yang tidak murah. Saya ingin novel pertama saya terbit dan dibaca banyak orang. Semoga PT. Gramedia Pustaka Utama berkenan menerbitkannya kalau tidak bisa ya akan saya bawa ke penerbit Bentang. Semoga tahun ini selesai penulisannya dan bisa terbit maksimal awal tahun depan. Sepertinya ini target saya setahun ke depan. Kalau target dua, tiga, empat atau lima tahun sudah terangkum dalam dokumen laptop saya. Saya belum ingin menyampaikannya di sini. 

Hal lain yang ingin saya capai adalah memiliki banyak relasi dari berbagai kalangan entah dari profesi apa. Saya wartawan, saya seorang jurnalis kini saatnya melebarkan sayap persahabatan. Semoga saya dan sahabat saya tetap baik-baik saja. Saling memberi semangat bukan saling melemahkan. Dia bisa segera menyelesaikan studinya seperti saya yang akan menyelesaikan studi saya. Alhamdulillah proposal skripsi saya yang sampai bab 3 itu sudah di ACC. Tapi entah kalau kelak berganti pembimbing harus diubah total atau tidak. Kemarin saya mempresentasikan proposal saya dan mendapat apresiasi bagus dari dosen saya. Saya hanya mendapatkan satu pertanyaan dari teman saya, Usfiah tentang kenapa saya memilih novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari sebagai objek. Saya menjelaskan panjang lebar begitupun dengan teori yang saya pilih. Sejujurnya saya ingin menggunakan teori post truth yang dikemukakan Ralph Keyes. Post truth adalah zaman pasca kebenaran jadi kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang relatif. Tidak ada di dunia ini yang benar-benar benar. Semuanya bergantung sudut pandang. Saya pikir jika saya menggunakan teori itu, maka skripsi saya akan menjadi skripsi perdana di Indonesia khususnya yang mengkaji itu. Karena rata-rata kajian itu hanya dilakukan di luar negeri meskipun isu-isu post truth sudah masuk ke Indonesia dan maret lalu Goenawan Mohammad menjelaskan panjang lebar tentang isu itu saat ditunjuk sebagai pembicara di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sayangnya, kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus. Saya akan tertatih-tatih menerjemahkan buku tebal dengan bahasa Inggris itu. Sebelumya buku itu pernah didiskusikan oleh Pelangi Sastra UM di Kafe Pustaka berhubung saya tidak bisa ke sana, jadi saya tidak bisa menghadiri acara itu. Akhrinya menimbang dan terus menimbang setelah tadarus buku teori mulai dari buku feminist thoughtnya Tong, buku poststrukturalisme dan postkolonialnya Madan Sarup, buku Beginning Theorynya Peter Bary, buku Penyingkapan Kuasa Simboliknya Fauzi Fashri, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada buku yang terakhir. Ya..saya memilih menggunakan teori semiotika sosialnya Pierre Bourdieu. Jangan tanya kiblat saya mana ya? Yang jelas UGM tercinta karena di Unesa belum banyak yang mengkaji karya sastra dengan teori Bourdieu. 

Saya sebenarnya bingung dengan diri saya. Giliran nulis ilmiah lancarnya bukan main bahkan langsung diapresiasi eh giliran nulis cerpen atau puisi dapat coretan banyak. Yang terlalu ilmiah lah, yang terlalu kakulah, yang abstraklah, yang terlalu mikrolah. Huuuhhh.....Kalau dialektikanya yang dilihat saya menang, dosen saya mengakui itu. Tapi jika nyandak ke jiwa karyanya, saya akan diberondong dan dikritik habis-habisan. Saya sampai malas menyetorkan tulisan pada dosen pembimbingan penulisan kreatif saya. Padahal dosen saya suka rela membimbing tanpa perlu saya menggajinya. Dia bahkan rela meluangkan waktunya cuma-cuma untuk mahasiswa seperti saya. Dulu saya pernah dihabisi oleh beliau ketika penulisan karya ilmiah. Dosen saya memang resek, saya ditanyai banyak hal dan entah kenapa jawaban saya makin tinggi. Teman-teman pada banyak yang bingung, yang bisa memahami hanya dosen saya. Lah gimana lagi, orangnya pakai bahasa ilmiah tinggi mirip buku malah, maka saya jawab juga dengan kata dan kalimat ilmiah yang tinggi. Padahal ada beberapa yang asal jeplak karena saya sendiri tak tahu artinya. Wah...saya lak ngawur. hahahaha. maafkan saya, Pak. Tapi terima kasih untuk apresiasi yang mengalir tiada henti. Jadi, guys kalian jangan tanya seperti apa bahasa chat-chatan saya ya. Yang jelas segala sesuatunya sesuai prosedur. Saya tidak pernah menggunakan singkatan aku dengan aq. Saya sudah meninggalkan hal itu sejak SMA. Jadi maklumi sajalah jika saya tampak kaku atau susah dibedakan mana yang serius atau yang guyonan. Nikmati saja. Saja juga tidak tahu kenapa jadi ilmiah begini. Hahahah

So, menuju H-1 ulang tahun, semoga apa-apa yang menjadi cita-cita dan harapan saya di usia 21 tahun ini bisa terwujud. Saya merasa belum waktunya memikirkan pasangan (bisa jadi karena takut seperti kemarin). Jadi sekarang lebih baik fokus pada pendidikan dan karier sajalah. Insyaallah, ketika saya berkualitas jodoh saya juga berkualitas. Tak apalah saya malam minggu sibuk dengan tugas tak seperti mereka yang kencan ke sana ke mari, karena suksesku nanti untuk cinta yang berkelas. Hahaha. 
Jadi selamat menanti tanggal 08 April, Guys. Semoga hari itu membawa kebaikan bagi kalian, bagi semua makluk di bumiNya. Amin....

Surabaya, 07 April 2017
Kost Babatan Gg. 5 (Kostnya Miss)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...