Rabu, 10 Mei 2017

Kenangan PPFBS 2017








"Nak, wartawan itu tugasnya ngeliput, nulis dan ngedit berita untuk dibaca khalayak umum. Memang tidak mudah, tapi kamu harus melakukannya. Ini adalah awal, masih ada proses selanjutnya lagi dan lagi. Semangat ya". 
"Nak, wartawan itu punya etika. Tulisanmu harus bersih tanpa unsur provokasi. Meskipun ada hal-hal yang berlawanan dengan hati nuranimu. Jadi, kamu harus tahan bully dan siap menyajikan fakta pada publik"
"Nak, wartawan itu selalu jadi incaran orang. Jangan takut, jika yang kamu lakukan benar. Beranilah benar, meskipun sendirian. Berbahagialah meski tak mudah, kamu diberi kesempatan berbicara dengan tokoh-tokoh hebat meski untuk kebutuhan wawancara koran. Beruntunglah kamu bisa berbincang dengannya, apa jadinya mereka di luar sana yang tidak memiliki profesi sepertimu dan hanya menilik harap agar bisa bertemu dengannya. Jalanmu lebih nyata, Nak"
"Nak, kamu harus percaya kamu mampu. Kamu harus asah rasa ingin tahumu. Jadilah dirimu sendiri yang cerewet saking kritisnya, yang banyak tanya meski hanya untuk informasi ala kadar. Kamu harus kembangkan itu, jika ingin sukses dikarirmu"
"Nak, gaji wartawan memang "cekak" tapi syukurilah karena kamu bisa mengenal orang dari segala lapisan sosial. Jangan minder hanya karena kamu tak lebih darinya. Syukuri saja apa adanya dirimu. Kamu hebat. Kamu hebat. Percayai itu saja. Hebatkan diri tanpa keangkuhan ya. Paham?"
  
Well, pilihan jadi reporter memang dulu sempat terlintas dan timbul tenggelam dalam kepala saya. Dan nyatanya jalan itu yang harus saya tempuh sekarang. Saya tak menyesali pilihan saya yang memilih prodi Sastra Indonesia dibanding Ilmu Komunikasi, mungkin inilah cara Tuhan mendidik saya agar lebih paham hakikat manusia dan kemanusiaan, hakikat hidup dan kehidupan. Karena seperti yang Nelson Mandela katakan, "Hidup lebih berharga daripada setumpuk uang". Hal itu menegaskan bahwa kehidupan tidak bisa dibeli. Sebab itu tugas manusia adalah berjuang memahami segala sesuatunya bahwa ketika hidup ya harus hidup sehidup-hidupnya. 

Surabaya, 11 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...