Senin, 10 Desember 2018

Kesadaran Atas Tubuh dan Seksualitas

Seksualitas menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan tetapi tidak tabu untuk dilakukan. Hal itu tentu menimbulkan masalah ketika akhirnya terjadi kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan terkena penyakit menular seksual seperti herpes, HIV/AIDS, raja singa, sifilis dan lainnya. Oleh karena itu menurut saya penting sekali bagi perempuan untuk melek seksualitas. Bukan karena kelak ia yang menampung sel sperma di indung telurnya melainkan lebih ke pada kesadarannya atas otoritas tubuhnya. 

Kesadaran akan otoritas tubuh seharusnya dimiliki oleh seorang perempuan, sebab budaya patriarki telah melanggengkan "racun" yang mengalienasi perempuan atas tubuhnya. Menurut saya itu sesuatu yang sangat merugikan karena membuat perempuan terepresi seksualnya. Padahal seperti halnya laki-laki, perempuan juga makhluk seksual yang memiliki kebutuhan untuk menyalurkan hasrat biologisnya. Bukankah Abraham Maslow sudah menjelaskan bahwa seks itu kebutuhan fisiologis manusia? Kebutuhan fisiologis itu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi seperti makan, minum, tidur dan seks. Jika kebutuhan itu tidak dipenuhi maka akan berdampak pada kelangsungan hidupnya. Kurang terpenuhinya kebutuhan seks menyebabkan seseorang rentan mengalami kecemasan, menurunnya daya ingat, depresi, histeria dan sebagainya. (Btw, dalam buku Seks dan Kekuasaan Foucault juga menjelaskan dampak direpresinya aktivitas seksual. Sila dibaca!). 

Mengingat seks merupakan kebutuhan fisiologis harusnya perempuan yang juga seorang manusia  berhak beraktivitas seksual. Aktivitas seksual kan bukan hanya intercourse ya. Ciuman, pelukan,pegangan tangan,masturbasi itu aktivas seksual lho. Makanya penting sekali bagi perempuan untuk melek seksualitas agar dia bisa bereksplorasi seksual. Sayangnya ketika perempuan mengeksplorasi seksualnya, tak jarang ia akan mendapat stigma negatif. Ia akan dilabeli sebagai "pelacur", "bukan perempuan baik-baik", "sundal", "gampangan", dan sebagainya. Padahal apa yang salah jika perempuan bereksplorasi seksual? Bukankah itu juga tubuh-tubuhnya sendiri bukan tubuh orang lain? Berbeda halnya dengan laki-laki yang aktif mengeksplorasi seksual, ia akan mendapat label "jantan", "maskulin", "gagah" dan sebagainya. Sebuah relasi  yang timpang, bukan? 

Ketimpangan tersebut juga terjadi dalam relasi antara perempuan dan laki-laki dalam hubungan cinta, misalnya. Tak jarang banyak lelaki yang merasa lebih memiliki kuasa dari perempuan. Akhirnya, ia menganggap pasangannya sebagai objek yang harus tunduk dan patuh kepadanya. Anggapan tersebut justru mengungkung kedudukannya sebagai manusia dan makhluk seksual. Ketika akhirnya si pasangan perempuan tersebut ternyata laki-laki toxic dan manipulatif, maka tak jarang ia akan  mengalami kekerasan seksual dari pasangannya. 

Oleh karena itu dari rangkaian #16HAKTP dan Hari Hak Asasi Manusia yang dirayakan Senin kemarin, saya berharap teman-teman perempuan mulai menyadari akan otoritas tubuhnya dan mulai belajar melek seksualitas. Melek seksualitas itu penting supaya kita bisa terhindar dari kekerasan seksual dan kita tidak dialienasi dari tubuh kita sendiri. Tubuh kita itu milik kita. Bukan milik pasangan kita. Bukan milik orangtua kita. penting Sangat penting pula bagi kita perempuan sadar atas hak kita sebagai makhluk seksual untuk berkesplorasi seksual. 

Menyoal hak perempuan sebagai makhluk seksual, mereka perlu menyadari tentang 9 Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi sebagai berikut.
1) Mencari, menerima, dan mengkomunikasikan informasi seksualitas
2) Menerima pendidikan seksual
3) Mendapatkan penghormatan atas integritas tubuh
4) Memilih Pasangan
5) Melakukan hubungan seks konsensual
6) Menikah secara konsensual
7) Memilih aktif secara seksual atau tidak
8) Memutuskan untuk memiliki anak/tidak, dan kapan memiliki anak
9) Memiliki kehidupan seksual yang aman dan menyenangkan. 
Hak-hak tersebut penting diketahui dan diterapkan agar perempuan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai makhluk seksual dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 



sekian



@nurfaindri_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...