Selasa, 04 Desember 2018

Friend With Benefits, Mau?

Menjalin hubungan dengan seseorang itu pilihan. Masing-masing dari kita memiliki hak untuk memilih dengan siapa kita menjalin hubungan dan seperti apa hubungan yang kita jalin. Yes....our body is our authority, isn't? Begitupun dengan hubungan FWBs atau Friend With Benefits. 

Nha, pasti kalian mulai bertanya-tanya,, "apa sih FWbs itu?". "kayak apa sih?", "enaknya apa sih?", "dampaknya apa sih?", "jalinnya kayak gimana sih?" dkk. pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan muncuk di benak kalian. Calm, ku dulu juga pernah bertanya-bertanya tentang itu kok. 

Jadi gini, man-teman. FWbs itu sederhananya temen ngewe aka ngeseks. jadi aspek hubungan ini ya passion dan intimacy, tapi tidak ada cinta dan commitment. Nyes kan bo'? Ku pribadi sih, gak mau menjalin hubungan ini. Manfaatnya belum tentu, ruginya udah pasti dong. Iya kalau pasangan FWBsku ntar benar-benar bersih dari penyakit. Iya kalau pasangan FWBsku tanggung jawab dan safe sex. Kalau nggak kan , bisa gawat dong akunya. 

Makanya, ku gak mau. Dengan alasan apapun. Dengan dalih apapun. 
Meskipun aku gak percaya mitos keperawanan yang melihat perempuan berdasar utuh-robeknya selaput dara atau rapat-longgarnya vagina, ku nggak mau pre marital sex. bukan karena takut dibilang gak perawan, melainkan ku punya value sendiri kenapa nggak mau. Tetapi sebenarnya kalau man-teman mau melakukannya sih gak masalah. Asal berkonsensus dan memang lagi mau sama mau. Prinsipnya pre marital sex itu mau sama mau, enak sama enak, suka sama suka. Kalau nggak kayak gitu, ya jangan dong. Lubang vagina dimasuki penis sakit kaliii ~meskipun ku belum pernah ngalami. Hahaha. 

Nggak enaknya hubungan FWBs itu ngambang. Gada status, tapi have sex terus dong. Kalau salah satu baper ndak bisa nuntut apa-apa. kalau satu minta pertanggung jawaban ya gak bisa dong, kan suka sama suka. kalau salah satu merasa bosan ya ninggal pasangan FWBsnya. Jahat kan? Makanya jangan mau. 

Perlu kalian tahu juga kalau hubungan FWSb itu jarang sekali yang bisa berlanjut ke hubungan romantis aka serius. Kemungkinannya cuma 15% cinnn.... Rata-rata ya jadi objek seksual dan pemuas hasrat biologis doang. Setelah itu ditinggal kalau udah bosan. Ngeri toh? Biasanya mereka yang jalin hubungan FWBs itu berharap 3 hal; bisa jadian, tetap berteman dan FWB-an selamanya. haduhhhh.....!

Gimana lu mau punya pasangan yang serius dan mencintai lu,kalau lu FWBan? Saranku atau rekomendasiku sih LOVE YOURSELF FIRST..

Terlebih bagi teman-teman perempuan ku mau bilang, "kalian nggak papa nggak terlalu cantik. kalian nggak papa nggak terlalu pintar. kalian nggak papa nggak terlalu hebat. yang penting kalian sayang diri kalian sendiri dan jangan biarkan orang lain merampas hak bahagia dan cinta kalian dengan menjadikan kalian FWB". 

FWB itu bukan sesuatu yang hina. Ku mah terserah aja. Masing-masing orang punya value-nya. Cuma alangkah lebih baiknya kita berhitung sebagai manusia. Jangan mau dong dijadikan objek. relasinya ntar lho timpang. Jarang banget yang bisa setara. Makanya mumpung belum, mending jangan. Kalau memang udah nggak kuat sama jam biologis dan hasrat yang meledak-ledak, saranku setelah baca buku The Orgasm Project karya Firliana Purwanti, kamu masturbasi deh. Mau pakai guling kek, jari kek, vibrator kek, penting bikin kamu nyaman. Jangan maksa pakai penis, apalagi pakai penis orang yang salah. Ingat, love ur self first. 


~Selama berpraktik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Journey of Nurva & Bams Part.1

Hi Teman Nurva Mungkin benar bahwa semesta selalu punya cara memisahkan dan mendekatkan dua orang yang tak berjodoh dan berjodoh. Pengalaman...